“Tidak. Aku sudah tidak percaya lagi denganmu. Sudah cukup kau sakiti hatiku. Biarkan aku hidup dengan tenang,” tolak Nurul.
Biye memegang pergelangan tangan Nurul. Dia masih berusaha membujuk Nurul, “Kau tidak mengerti. Betapa tersiksanya batinku disini tanpa dirimu. Aku mohon, maafkanlah kesalahanku di masa lalu,”
“Biye, hubungan cinta kita sejatinya sudah selesai. Tidak perlu kau menunggu ribuan tahun hanya agar aku bisa kembali padamu,” kata Nurul sembari menolak tangan Biye.
Biye lalu berlutut di kaki Nurul. Dia tidak menyangka usahanya menunggu beribu tahun lamanya menjadi sia-sia. Perempuan cantik itu menangis.
“Kau begitu tega menolak cintaku. Sudah sangat lama aku menunggu kedatanganmu. Apakah tidak sedikitpun tersisa cintamu di masa lalu?” tanya Biye sembari terisak.
Nurul terdiam. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Pikirannya melayang mengingat saat-saat bahagia yang dia habiskan bersama Biye.
Jambi, 22 Juni 2019—7 September 2023
Catatan:
- Cerpen ini diadaptasi dari cerita rakyat Malin Tembesu dan Nenek Kuning yang berasal dari Kerinci.
- Nantan adalah sebutan untuk Kakek di Kerinci.
- Cucung adalah sebutan untuk cucu di Kerinci.
- Kunun adalah sebutan untuk tradisi lisan mendongeng yang ada di Kerinci
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H