“Nantan tidak bisa menjelaskannya sekarang. Nantan harap cucung akan mengerti,” jelas kakek.
Setelahnya Nurul hanya terdiam saja. Dia lalu membayangkan seandainya dia bertemu perempuan itu.
***
“Aku menunggumu di puncak Gunung Tujuh, datanglah,” ucap seorang perempuan cantik itu.
Nurul terbangun dari tidurnya, sudah beberapa malam ini dia memimpikan seorang wanita di puncak Gunung Tujuh. Awalnya ia mengira bahwa ini adalah kebetulan saja. Namun karena terlalu sering dia memimpikan itu, dia menjadi gelisah.
“Nantan, Nurul memimpikan bertemu dengan wanita di Gunung Tujuh lagi,” tanya Nurul tiba-tiba.
“Tampaknya kau akan bertemu dengan dia,” jawab kakeknmya pasrah.
“Untuk apa, Nantan?”
“Kau nanti akan tahu sendiri.”
Nurul pasrah saja mendengar perkataan kakeknya itu. Esok hari dia memang akan berangkat mendaki Gunung Tujuh bersama teman-teman Mapalanya. Mungkin disaat itulah dia harus mendapatkan semua jawaban dari mimpi-mimpinya.
Ketika kaki Nurul menginjak pertama kali kaki Gunung Tujuh hatinya berdesir, dia merasa tak enak. Seolah-olah akan ada kejadian buruk menimpa rombongan mereka, tapi Nurul tidak perduli. Dia terus mengikti rombongannya mendaki gunung.