Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Berharap Untung dari Komunitas

14 Juni 2023   17:06 Diperbarui: 18 Juni 2023   01:15 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi saling bantu, berkomunitas. (sumber: KOMPAS.ID/HERYUNANTO)

Kalau ditanya kenapa mau bergabung dalam sebuah komunitas? Ada berbagai alasan yang disampaikan oleh setiap anggota komunitas. Menambah ilmu, melatih komunikasi, mengisi waktu luang, atau bahkan untuk membangun relasi, syukur-syukur bisa dapat jodoh.

Tentu tidak salah, apapun alasannya, bergabung dengan komunitas itu sangat baik. Namun, menurut saya, satu hal yang perlu untuk dipahami adalah jangan berharap untung dari komunitas. Catat! 

Munculnya pemikiran untuk melepaskan diri dari keinginan untuk menuntut keuntungan terhadap sebuah komunitas merupakan marwah dari komunitas itu sendiri. Kalau ingin bergabung dalam komunitas, sebaliknya malah memberi manfaat kepada komunitas itu sendiri.

Secara sederhana, mari kita berpikir bahwa keberadaan komunitas sudah menjadi keuntungan itu sendiri. 

Menurut saya, bila kita coba adopsi teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, tergabung dalam komunitas bisa menjadi bagian dari aktualisasi diri. Aktualisasi diri berada di puncak piramida, diartikan sebagai level kebutuhan tertinggi dari manusia.

Ada beberapa penciri dari aktualisasi diri, diantaranya: mampu melihat realitas dengan tepat, menerima diri sendiri dan orang lain, spontanitas, sederhana/wajar, demokratis, hubungan interpersonal, dan memiliki rasa humor yang bermakna. 

Bagaimana mencapai ini, tentu hanya dalam interaksi dengan orang lain, yang salah satunya melalui komunitas.

Sebelum dan sesudah Maslow merumuskan teori hierarki kebutuhan tersebut, dalam realitas kehidupan kita hingga saat ini, diterjang dengan pengaruh teknologi yang membuat hidup kita bisa terpukau. 

Lalu menggiring ke banyak perubahan yang cepat: baik mikro maupun makro hingga kuantum. Namun ada ruang yang tetap akan kita butuhkan meski sederhana tapi sangat bermakna, yaitu ngobrol.

Hierarki Kebutuhan Maslow (sumber: janvanhoess.blogspot.com/2017/10/teori-kebutuhan-dasar-menurut-maslow.html)
Hierarki Kebutuhan Maslow (sumber: janvanhoess.blogspot.com/2017/10/teori-kebutuhan-dasar-menurut-maslow.html)

Nah, ngobrol yang paling nyaman sejauh ini adalah teman dalam komunitas. Kita bisa debat panjang, dan banyak pro kontra soal ini. Saya pun siap dengan senang hati akan meladeni perdebatan, asal kita memang dalam komunitas yang sama. 

Plus sambil ngopi-ngopi. Untuk hal ini, kita bisa larut menghabiskan waktu berjam-jam, tidak menemukan kesimpulan, namun bisa tertawa bersama dan tetap berteman. 

***

Menurut akar katanya, komunitas berasal dari bahasa Latin, communitas, yang berarti kesamaan. Ketika tergabung dalam komunitas, kita akan mengusung banyak kesamaan di antara sesama anggota. 

Perbedaan yang muncul pun hanya akan membuat komunitas kita semakin kuat alias menguatkan kesamaan kita.

Ini yang saya rasakan sejauh ini ketika bergabung dengan berbagai komunitas, termasuk di Kompasiana ini. Kesamaan yang diusung adalah semangat menulis dari setiap member yang tergabung. 

Meskipun, dalam perkembangannya, Kompasiana sendiri semakin mengerucutkan minat dalam bentuk komunitas yang lebih sempit, ternyata kita semakin saling menguatkan.

Kompasiana sendiri, di awal kemunculannya, mengusung konsep sharing (berbagi) & connecting (terhubung). Menjadi wadah untuk saling memberi dan membangun relasi melalui tulisan. 

Tua muda, pria wanita, dengan berbagai profesi, jabatan, dan atribut apapun yang melekat, bisa bersama-sama di komunitas ini, merayakan kehidupan (celebrating life) melalui tulisan.

Jangan Berharap Untung dari Komunitas (sumber: inilah.com)
Jangan Berharap Untung dari Komunitas (sumber: inilah.com)

Begitupun dengan komunitas lain yang mungkin kita ikuti, dari berbagai aspek, sekali lagi ingatlah untuk tidak mengambil untung. Bahkan, sebaiknya banyaklah memberi, karena komunitas itu adalah keuntungan itu sendiri. 

Contohnya, komunitas hobi, profesi, minat, maupun komunitas lainnya. Kita bahkan dengan rela merogoh gocek untuk ikut komunitas. Komunitas bahkan bisa jadi pengeluaran (spending/cost).

Oh iya, sedikit pesan, juga untuk mengingatkan diri sendiri, bahwa keluarga juga merupakan sebuah komunitas dan menurut saya menjadi satu-satunya komunitas yang given. Kita tidak bisa memilih untuk lahir dan hidup dalam keluarga yang kita inginkan. 

Kita terlahir dan hidup dalam komunitas keluarga yang bisa mengajarkan kita banyak hal. Oleh karena itu, jangan berharap untung dari komunitas, jangan berharap untung dari keluarga. Karena keluarga adalah komunitas, jadikan komunitas sebagai keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun