Danau Toba sebagai danau vulkanik terbesar di dunia menyimpan pesona yang lengkap. Danau yang terbentuk dari mahaerupsi gunung api Toba sekitar 74-ribuan tahun yang lalu, terdahsyat dalam kurun waktu dua juta terakhir, menjadi danau terindah dipandang dari segala sisinya.
Meski dahsyatnya letusan mencapai suhu 550 derajat celcius dan sebaran awan panas hingga radius dua ratus ribu kilo meter. Namun, aktivitas alam tersebut telah menjadi bukti bahwa selalu ada cerita lain dibalik garangnya sebuah letusan mahadahsyat supervolcano Toba.
Cerita tersebut masih bisa digali dan dikemas menjadi modal bagi masyarakat lokal untuk bercerita tentang Danau Toba. Para pelancong yang datang berkunjung pasti dibuat terkesima dengan cerita tersebut.
Bahkan, tak perlu jauh-jauh, masyarakat sekitar pun masih belum semua mendengarkan kisah tentang terbentuknya Danau Toba secara geologi. Berbeda dengan cerita legenda Danau Toba yang turun temurun diceritakan hingga di bangku-bangku sekolah seluruh Indonesia.
Menurut saya, cerita tersebut menjadi paket pertama yang bisa dijadikan salah satu aktivitas berwisata di Danau Toba. Tentu, untuk bisa menjadikan cerita tersebut sangat menarik dan bisa diserap oleh pendatang, dibutuhkan kemampuan dari para pemandu wisata untuk melakukan storytelling.
Talenta-talenta lokal bisa dilatih baik secara formal maupun informal oleh pemerintah lokal, swasta, lembaga pendidikan, maupun komunitas-komunitas masyarakat. Jangan lupa, di setiap akhir dari sebuah cerita selalu ada kesimpulan yang bisa dibawa (takeaway) oleh para pengunjung, baik domestik maupun mancanegara.
Setelah mendengar sebuah cerita yang menarik, kegiatan yang bisa dilakukan berikutnya adalah menikmati keindahan alam Danau Toba itu sendiri. Cara menikmati keindahan alam Danau Toba dapat dilakukan dalam berbagai cara disesuaikan dengan lokasi yang sedang dikunjungi.
Bila sedang berada di perbukitan: duduk santai sambil memandang ke danau ditemani kopi atau teh produksi lokal dan penganan ringan khas (lampet/ombus-ombus/pohul-pohul), menjadi salah satu contoh yang menarik untuk dialami.
Bila berada dekat dengan danau, kegiatan yang dilakukan bisa berupa tracking atau jalan santai menyusuri garis pantai sambil mengambil gambar alias berfoto-foto selfie maupun wefie.
Bila diperbolehkan, berenang bisa menjadi aktivitas yang dilakukan baik sendiri maupun beramai-ramai. Tentu dengan tetap memperhatikan kesehatan dan keselamatan para pengunjung. Ini menjadi salah satu paket yang bisa dinikmati para pengunjung di Danau Toba.
Setelah asyik menikmati keindahan Danau Toba baik dari kejauhan maupun langsung di tepi danau, para pengunjung mungkin akan terasa lapar dan butuh waktu untuk beristirahat. Waktu istirahat tersebut dapat dimanfaatkan untuk menikmati sajian makan khas Danau Toba.Â
Sajian makanan khas seperti daging panggang khas, sangsang (daging bumbu khas), ikan panggang dengan sambal khas, ikan mas arsik, naniura (sashimi ala batak), dali ni horbo (susu kerbau yang dikoagulasi), dan lain-lain, bisa menjadi menu utama untuk dinikmati para pengunjung.
Bila memungkinkan para pengunjung bisa menikmati pertunjukan cara pembuatan makanan khas yang disajikan secara langsung. Untuk menambah keseruan, pengunjung bahkan bisa ditawarkan melakukan aktivitas memasak bersama untuk merasakan pengalaman unik selama mengunjungi Danau Toba.
Bila pun sudah sangat kelelahan, para pengunjung bisa tinggal duduk tenang menikmati makanan sajian khas diiringi dengan senandung para penyanyi lokal yang biasanya dilantunkan dalam nada-nada tinggi diselingi harmoni sopran tenor. Keindahan lagu-lagu tersebut menguatkan kesan tersendiri bagi para pengunjung. Apalagi sebelum dinyanyikan, biasanya ada cerita pengantar tentang arti maupun kisah yang disampaikan pada lagu tersebut.
Selain lantunan lagu, bisa diselingi dengan penampilan tari-tarian (tortor) khas Batak. Untuk menambah menambah keseruan para penari bisa menarik para pengunjung bisa ikut menari/manortor bersama. Pengunjung tersebut bisa dipandu untuk melakukan gerakan tortor bersama-sama. Pengalaman manortor bersama akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung.
Sambil menikmati keseruan manortor bersama, aktivitas selanjutnya yang bisa dilakukan adalah pemberian cenderamata berupa ikat kepala maupun selendang tenun/ulos khas Batak. Ritual tersebut juga bisa ditambahkan dengan penyampaian pantun khas/umpasa untuk semakin menegaskan unsur budaya yang disajikan selama kunjungan wisata tersebut. Ritual tersebut pun menjadi sarana menyampaikan doa agar para pengunjung selamat dan merasakan berkat (pasu-pasu) selama kunjungan dan setelah meninggalkan Danau Toba.
Aktivitas tersebut menjadi sebuah paket komplit yang sangat potensial dikembangkan di Kawasan Danau Toba. Meski harus juga dipahami bahwa dari tujuh kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, setiap daerah akan memiliki ciri masing-masing. Namun, hal itu justru menjadi kekayaan budaya di kawasan Danau Toba.
Pemikiran tentang paket komplit di atas muncul ketika saya menjadi peserta acara International Conference Heritage of Toba: Natural and Cultural Diversity yang dilangsungkan secara hybrid pada tanggal 14 Oktober 2021. Acara tersebut dilangsungkan dari TB Silalahi Center, Balige, Kabupaten Toba dan diikuti oleh ratusan peserta secara daring melalui Zoom Meeting.
Konferensi internasional ini diadakan atas kerjasama antara Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) dengan Kompas untuk membantu pengembangan produk pariwisata di Danau Toba. Konferensi internasional ini diadakan untuk menguatkan status Danau Toba sebagai sebuah destinasi kelas dunia melalui pengakuan UNESCO Geopark Global sejak 2 Juli 2020.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno melalui teleconference saat membuka kegiatan konferensi internasional ini menyatakan bahwa Toba perlu menyatukan visi untuk menjaga keberlanjutan dan pelestariannya sebagai aset dunia. Selain itu, kolaborasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) perlu ditingkatkan untuk memberikan dampak positif bagi ekonomi, lingkungan dan kesejahteraan bagi masyarakat melalui program yang tepat manfaat, tepat sasaran, dan tepat waktu.
Kegiatan Konferensi Internasional ini menghadirkan beberapa pembicara dalam panel diskusi yang dikemas dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan Ahli Geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Indyo Pratomo, Ahli Ekowisata dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Harini Muntasib, dan Aktivis Lingkungan yang juga menjadi praktisi pariwisata di Danau Toba, Anette Horschmann.
Pada sesi ini para ahli memaparkan potensi Danau Toba dilihat dari aspek alami (natural) yang sangat menarik untuk bisa dipahami oleh berbagai pihak. Proses pembentukan Danau Toba secara geologi, keragaman vegetasi yang terdapat di dalamnya dan strategi untuk tetap mengelola dan melestarikan keindahan alam melalui aktivitas yang ramah lingkungan.
Selepas sesi pertama, acara dilanjutkan dengan ishoma sambil menampilkan beberapa tarian khas Toba. Pada sesi kedua, konferensi internasional ini menghadirkan Peneliti/Ahli Budaya Batak dari Universitas Hawaii, Prof. Uli Kozok, Praktisi Kuliner Indonesia, Santhi Seraf, Praktisi Mode (Fashion Designer), Athan Siahaan, dan Musisi Batak, Viky Sianipar.
Di sesi ini, para ahli memaparkan keunggulan budaya Batak yang dapat memperkuat wisata Danau Toba, mulai dari adat-istiadat yang sehari-hari dilakukan oleh Bangsa Batak. Masakan khas/kuliner yang bisa divariasikan dalam berbagai bentuk dan olahan. Tenun khas/ulos yang bisa dikembangkan baik untuk fashion maupun proses pembuatannya yang unik. Serta musik Batak yang memiliki keunikan dan berpotensi untuk terus dikembangkan.
Harapan dari kegiatan ini adalah terciptanya inovasi dan terobosan baru dalam pengembangan destinasi superprioritas Danau Toba. Danau Toba menjadi destinasi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, serta ramah lingkungan. Menparekraf juga menekankan bahwa pengelolaan pariwisata harus gercep-gerak cepat, geber-gerak bersama, dan gaspol-garap semua potensi agar lapangan kerja terbuka seluas-luasnya.
Melalui acara ini, Kemenparekraf menyampaikan jalur wisata tematik (travel pattern) yang dikembangkan di Danau Toba. Ada tiga tema yang diusung yaitu eco culture, eco nature, dan eco science. Jalur eco nature meliputi Air Terjun Sipisopiso, Lisa Andi Leo's Organic Coffee, Pusuk Buhit, Taman Wisata Kera Sibaganding, dan Taman Eden 100 di Kabupaten Toba.
Untuk jalur eco culture meliputi Lumban Suhisuhi Toruan, Istana Makam Raja Sisingamangaraja XII, Sentra Ulos Desa Meat, Museum Batak TB Silalahi, Makam Tua Raja Sidabutar, dan Museum Huta Bolon Simanindo. Dan untuk jalur eco science terdiri dari empat subjalur: Kaldera Porsea, Kaldera Haranggaol, Kaldera Sibandang, dan Pulau Samosir.
Untuk selanjutnya sebagai tindak lanjut dari konferensi ini dilakukan pembuatan storytelling, interpretasi dan pelaksanaan uji trail pada ketiga tema tersebut.
Dengan demikian, paket komplit berwisata ke Danau Toba menjadi produk unggulan yang memberikan pengalaman terbaik bagi para wisatawan yang berkunjung. Tidak hanya datang berwisata, para wisatawan juga berkontribusi dalam pemanfaatan lingkungan dan pengembangan maupun konservasi budaya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H