Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno melalui teleconference saat membuka kegiatan konferensi internasional ini menyatakan bahwa Toba perlu menyatukan visi untuk menjaga keberlanjutan dan pelestariannya sebagai aset dunia. Selain itu, kolaborasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) perlu ditingkatkan untuk memberikan dampak positif bagi ekonomi, lingkungan dan kesejahteraan bagi masyarakat melalui program yang tepat manfaat, tepat sasaran, dan tepat waktu.
Kegiatan Konferensi Internasional ini menghadirkan beberapa pembicara dalam panel diskusi yang dikemas dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan Ahli Geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Indyo Pratomo, Ahli Ekowisata dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Harini Muntasib, dan Aktivis Lingkungan yang juga menjadi praktisi pariwisata di Danau Toba, Anette Horschmann.
Pada sesi ini para ahli memaparkan potensi Danau Toba dilihat dari aspek alami (natural) yang sangat menarik untuk bisa dipahami oleh berbagai pihak. Proses pembentukan Danau Toba secara geologi, keragaman vegetasi yang terdapat di dalamnya dan strategi untuk tetap mengelola dan melestarikan keindahan alam melalui aktivitas yang ramah lingkungan.
Selepas sesi pertama, acara dilanjutkan dengan ishoma sambil menampilkan beberapa tarian khas Toba. Pada sesi kedua, konferensi internasional ini menghadirkan Peneliti/Ahli Budaya Batak dari Universitas Hawaii, Prof. Uli Kozok, Praktisi Kuliner Indonesia, Santhi Seraf, Praktisi Mode (Fashion Designer), Athan Siahaan, dan Musisi Batak, Viky Sianipar.
Di sesi ini, para ahli memaparkan keunggulan budaya Batak yang dapat memperkuat wisata Danau Toba, mulai dari adat-istiadat yang sehari-hari dilakukan oleh Bangsa Batak. Masakan khas/kuliner yang bisa divariasikan dalam berbagai bentuk dan olahan. Tenun khas/ulos yang bisa dikembangkan baik untuk fashion maupun proses pembuatannya yang unik. Serta musik Batak yang memiliki keunikan dan berpotensi untuk terus dikembangkan.
Harapan dari kegiatan ini adalah terciptanya inovasi dan terobosan baru dalam pengembangan destinasi superprioritas Danau Toba. Danau Toba menjadi destinasi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, serta ramah lingkungan. Menparekraf juga menekankan bahwa pengelolaan pariwisata harus gercep-gerak cepat, geber-gerak bersama, dan gaspol-garap semua potensi agar lapangan kerja terbuka seluas-luasnya.
Melalui acara ini, Kemenparekraf menyampaikan jalur wisata tematik (travel pattern) yang dikembangkan di Danau Toba. Ada tiga tema yang diusung yaitu eco culture, eco nature, dan eco science. Jalur eco nature meliputi Air Terjun Sipisopiso, Lisa Andi Leo's Organic Coffee, Pusuk Buhit, Taman Wisata Kera Sibaganding, dan Taman Eden 100 di Kabupaten Toba.
Untuk jalur eco culture meliputi Lumban Suhisuhi Toruan, Istana Makam Raja Sisingamangaraja XII, Sentra Ulos Desa Meat, Museum Batak TB Silalahi, Makam Tua Raja Sidabutar, dan Museum Huta Bolon Simanindo. Dan untuk jalur eco science terdiri dari empat subjalur: Kaldera Porsea, Kaldera Haranggaol, Kaldera Sibandang, dan Pulau Samosir.
Untuk selanjutnya sebagai tindak lanjut dari konferensi ini dilakukan pembuatan storytelling, interpretasi dan pelaksanaan uji trail pada ketiga tema tersebut.
Dengan demikian, paket komplit berwisata ke Danau Toba menjadi produk unggulan yang memberikan pengalaman terbaik bagi para wisatawan yang berkunjung. Tidak hanya datang berwisata, para wisatawan juga berkontribusi dalam pemanfaatan lingkungan dan pengembangan maupun konservasi budaya.
Â