Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bikin Lagu dan Melegendakannya

20 Februari 2015   02:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:52 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Kompasiana Ngulik"][/caption]

Saya penasaran dengan cara seniman-seniman menghasilkan karya terutama lagu-lagu yang tentunya bisa menjadi konsumsi banyak orang. Lagu sebagai sebuah bahasa universal menjadi sarana untuk bisa membawa pendengarnya masuk ke dalam roh lagu tersebut. Akan semakin dalam ketika menghayati lirik dan bahkan memahami sejarah terbentuknya lagu tersebut. Itu yang membuat seni mencipta lagu tidak akan matinya.

Penciptaan sebuah lagu tentu menjadi domain khas seorang seniman. Ibarat koki yang telah disediakan bumbu-bumbu masak, ia tinggal meracik bagaimana tujuh bumbu dasar (baca tujuh nada dasar) itu menjadi sebuah mahakarya yang sedap untuk dinikmati. Begitulah pencipta lagu memiliki resep masing-masing di dapur rekaman.
Tren belakangan ini sudah berbeda. Semakin banyak berbagi, semakin banyak menginspirasi dan diinspirasi. Mungkin ini yang menjadi alasan mengapa Kompasiana menghadirkan seorang pencipta lagu di Kompasiana Ngulik (Ngobrolin Lirik) pada hari Jumat, 13 Februari 2015 di studio Kompasiana Kantor Kompas Gramedia Palmerah Barat Lantai 6. Sang komposer yang diundang adalah Rega, mahasiswa Arsitektur ITENAS Bandung, yang sangat mencintai musik. Ia adalah jebolan kontes cipta lagu di tahun 2013 dan sampai sekarang masih aktif mencipta lagu dan juga sebagai penyanyi. Sebuah kombinasi yang pas sebagai seorang seniman musik.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Kompasiana Ngulik bareng Rega dipandu Nadya Fatira (@nikomamora)"]

as
as
[/caption]

Dalam acara yang dipandu oleh Nadya Fadhira yang juga seorang pencipta lagu itu, Kompasianer diberi banyak informasi mengenai cara cipta lagu. Mulai dari membuat sebuah lirik, mengambil nada dan akhirnya menjadikannya sebuah lagu yang utuh dan siap dilempar ke label rekaman.

Dari pengakuan Rega, ia telah menciptakan lebih dari lima puluh lagu sejak masih SMA. Ia banyak terinspirasi dari masa-masa ababil terutama saat punya pacar. Kondisi-kondisi galau pun kerap kali menjadi sumber inspirasi untuk menulis lirik. Proses penciptaan lagu karyanya pun bervariasi. Terkadang ia mendapat inspirasi untuk menulis lirik terlebih dahulu, lalu kemudian membuat nadanya dengan gitar. Terkadang ia bermain dengan nada dulu, lalu kemudian akan membuat liriknya. Perkembangan teknologi saat ini pun cukup membantu untuk mencipta lagu terutama saat merekam nada-nada yang muncul seketika dan akan disempurnakan nantinya. Namun kebanyakan proses penciptaan lagu yang dilakukan oleh Rega dengan pulpen, kertas, dan gitar.

Pengalaman-pengalaman pribadi pun kerap kali menjadi sumber inspirasi bagi Rega, seperti lagu yang sudah dirilis oleh label alfarecord yang berjudul “Takkan Lagi”. Proses penciptaan lagu pun mempunyai waktu yang beragam, bahkan ia pernah membuat lagu hanya dalam hitungan menit. Dan itu langsung dapat dibuktikan ketika ia ditantang oleh seorang kompasianer yang membuat puisi spontan dan langsung dibuat nadanya. Tidak berapa lama, puisi tersebut pun menjadi sebuah bait lagu yang enak didengar.

Rega pun mengungkapkan bahwa puisi pun kerap kali menjadi sumber lirik yang bagus untuk dijadikan sebuah lagu. Tentu itu sangat menarik bagi para kompasianer yang sebagian besar senang menulis puisi. Bahkan, sepertinya bakal ada yang menjalin komunikasi lebih lanjut untuk kerja sama penulisan lirik. Sebuah momen yang sangat menguntungkan tentunya.

Di sela-sela acara, Rega tidak lupa untuk menghibur para kompasianer dengan suguhan dua lagu yang tentunya adalah hasil ciptaannya sendiri. Para kompasianer tentu sangat menikmati persembahan lagu tersebut dan meminta untuk tambahan lagu. Namun, karena keterbatasan waktu, acara pun dilanjutkan dengan tanya jawab dengan Rega dan Ai, perwakilan dari Alfarecords.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Rega mempersembahkan lagu untuk Kompasianer (@nikomamora)"]

as
as
[/caption]

Sedikit flashback, perwakilan dari Alfarecord, label yang menaungi Rega tersebut, menceritakan bahwa Rega termasuk penyanyi yang unik dan komplit. Bisa menyanyi dan mencipta lagu, serta penampilannya juga menarik. Itu sudah terlihat sejak awal mengikuti kontes cipta lagu Meet The Labels tahun 2013. Awalnya Rega mengikuti kontes tersebut bersama band nya, tetapi karena kebijakan label, hanya Rega yang terpilih. Tentu semuanya dikaitkan dengan pesona dan kualitas seorang Rega. Prose rekaman pun dengan segera dilakukan dan tidak mengambil waktu yang cukup lama sebelum lagu tersebut dirilis ke publik.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Mas Ai dari Alfarecords (@nikomamora)"]

asa
asa
[/caption]

Untuk menentukan sebuah lagu layak masuk rekaman, menurut Ai adalah kualitas lagu tersebut dilihat dari lirik dan musiknya yang bisa menyentuh pasar. Selain itu, faktor penyanyi juga sangat mempengaruhi, mulai dari karakteristik suaranya, penampilan, dan juga sikap turut menjadi pertimbangan tersendiri.

Pihak label sendiri mengatakan bahwa musik Indonesia saat ini masih menjadi industri yang menjanjikan bahkan untuk tingkat Asia Tenggara. Oleh karena itu, label harus bekerja keras untuk mencari bakat-bakat terbaik dalam mencipta lagu. Namun tantangan memang berat terutama menghadapi pembajakan yang sudah sejak lama merajalela. Pihak label mengatakan akan terus bekerja keras dan mengharapkan apresiasi dari masyarakat untuk bisa mendukung musik Indonesia. Hanya Kuasa Tuhan yang bisa menghindarkan dari pembajakan maupun kompetisi yang tidak sehat di industri musik.

Di era internet saat ini, tidak sulit untuk memasarkan sebuah lagu. Oleh karena itu, pihak label sendiri terus berupaya agar lagu-lagu yang dihasilkan dapat dinikmati masyarakat dan terutama dapat memberikan imbalan yang layak kepada label dan penyanyinya. Label akan terus berupaya menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang dapat membangun industri musik, seperti Youtube dan KFC.

Sejauh saya mengikuti acara tersebut, saya merasakan bahwa membuat sebuah lagu adalah sebuah tantangan, terkadang gampang terkadang sulit namun memberikan kepuasan, tidak hanya kepada penciptanya, namun juga kepada masyarakat sebagai pendengar. Di samping bakat, latihan yang banyak pun ternyata dapat menambah kemampuan untuk mencipta lagu. Seniman pencipta lagu dan penyanyi ibarat pembentuk rasa kepada orang banyak. Dengan adanya lagu, bisa mengkondisikan suasana hati pendengarnya.

Semoga ke depan semakin banyak lagu-lagu berkualitas yang dihasilkan oleh bakat-bakat anak negeri. Masih ingat dengan lagu band Wali yang dinyanyikan oleh penyanyi pop asal negara Malta, Fabrizio Faniello menjadi I No I Can Do? Ini merupakan sebuah bukti dari kualitas pencipta lagu asal Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan luar negeri.

Sedikit masukan untuk para pegiat musik dan juga label rekaman agar memperbanyak kolaborasi antara penyanyi pendatang baru dengan penyanyi kondang yang dalam hal ini bisa berkaca dengan musik Amerika. Kebanyakan penyanyi pendatang baru dikolaborasikan (featuring) dengan penyanyi yang sudah dikenal. Dengan seperti itu, kebanyakan pendengar akan mencari tahu terhadap penyanyi pendatang baru tersebut yang otomatis akan menjadikan lagu-lagu karya terbaru pun terpasarkan dengan luas dan tentu diharapkan menjadi lagu-lagu yang melegenda.

Acara Kompasiana Ngulik memang sangat menarik dan mengasyikkan. Sudah dapat info, dihibur penyanyi, dapat souvenir, dapat hadiah voucher, perut kenyang, hati senang dan terutama bisa foto bareng artisnya. Hehehe..

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Selfie yuk mas Rega... (@nikomamora)"]

as
as
[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bersama Kompasianer"]

as
as
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun