Hari semakin remang, lampu-lampu jalan sedari tadi telah benderang, semakin banyak saja orang yang berseliweran di depan angkringan baru Parmin. Tampak wak Haji datang menghampiri, sedikit menengok kearah tumpukan makanan yang di tata rapih.
“Weh, hebat kamu Min, buka angkringan”
“Waalaikum sallam wak Haji… alhamdulillah berkat ridho Gusti Allah”
“Sukur… sukur… Min, tandanya Allah selalu denger permintaanmu…”
“Tadinya aku minta kerjaan di belakang meja, pake dasi wak…”
“Lah iki wis nyambut gawe neng belakang meja, tinggal pake dasi, kok susah…”
“Kurang sekretarisnya wak Haji”
“Yo satu-satu toh Min, sedikit-sedikit, nanti kalau Allah kasih semua yang kamu inginkan apa iya kamu mampu menanggungnya?”
“Njeh wak Haji, ini saja sudah banyak-banyak bersyukur saya… mbok ya duduk wak Haji, saya bikinkan teh ya wak, gratis…”
“Lah kalau semua yang kamu kenal kamu suruh duduk lalu di kasih minum gratis, apa ya nggak rugi toh Min?”
“Seterategis wak Haji, seterategis bisnis… perkenalan angkringan Parmin”