Mohon tunggu...
Nikolas Mauladitiantoro
Nikolas Mauladitiantoro Mohon Tunggu... Lainnya - hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan

Seorang introvert pecinta kuliner dan terkadang mengamati permasalahan yang ada di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Di Balik Layar dan Deretan Masalah Menuju Cita-cita 1 Juta Barel

2 November 2022   15:40 Diperbarui: 2 November 2022   18:40 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir Wood Mackenzie dan IHS Markit, untuk daya tarik fiskal migas di Indonesia hanya mendapatkan nilai 2,4 dari 0 sampai 5. Padahal, rerata minimal untuk dunia adalah 3,3. Hal ini sebenarnya bisa dibenahi melalui birokrasi, kontrak bagi hasil yang fleksibel, insentif fiskal dan nonfiskal, serta perbaikan data migas.

Ahli Ekonomi Energi dan Perminyakan Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto, iklim investasi migas Indonesia yang kurang kompetitif dinilai tidak menarik minat investor. Hal ini mengakibatkan cita-cita mencapai 1 juta barel susah digapai. Menurutnya, secara kalkulasi, diperlukan tambahan produksi dari lapangan migas skala besar yang mayoritas dihasilkan dari investasi-investasi major international oil companies (IOCs). 

3. Cadangan Minyak Tidak Dieksplorasi dengan Segera

Dikutip Kompas, pemerintah menyampaikan bahwa sumber daya migas Indonesia terhitung besar. Masih ditemukannya 74 cekungan hidrokarbon di wilayah timur Indonesia dan perairan dalam menjadi sebab dari segala sebab. Namun apa jadinya jika potensi tersebut tidak segera dieksplorasi? Akan mangkrak begitu saja tak berguna, toh. Apalagi tahap eksplorasi membutuhkan teknologi, riset, dan waktu lama. Lalu, kita harus bagaimana?

Pri Agung menambahkan, cita-cita produksi 1 juta barel sulit tercapai jika skema kerja migas masih belum ada. Seperti, lapangan mana saja yang akan dieksplorasi, kapan dan siapa yang akan merealisasikan proyek tersebut. Semua harus dipikirkan dengan matang.

4. Penerapan Teknologi EOR yang Sulit

Enhanced oil recovery atau EOR diklaim pemerintah bisa menjadi teknologi pengurasan minyak tingkat lanjut yang mampu meningkatkan produksi minyak di masa depan. Tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan, nyatanya penerapan tersebut tidak semudah itu!

Menurut Vice President Indonesian Petroleum Association (IPA), Ronald Gunawan, teknologi EOR sulit diterapkan karena butuh waktu lama. Dibutuhkan proses perencanaan, pencocokan metode dengan karakter sumur minyak dan pengembangannya. Ronald menjelaskan, ketika zat kimia EOR masuk ke dalam sumur minyak tidak semata-mata bisa langsung meningkatkan produksi. Butuh waktu dan pengelola harus menunggu reaksi kimia agar minyak bisa tertangkap dan keluar sumur. 

Tentu, bidikan 1 juta barel tak sekadar impian jika masalah di atas cepat ditangani. Deretan masalah di atas adalah yang kasatmata, bagaimana jika nantinya di lapangan ditemukan masalah tersembunyi? Semoga jangan sampai ada, jika pun ada, wajib segera diselesaikan. 

Lebih-lebih, ketergantungan Indonesia terhadap minyak ternyata masih tinggi. Tercatat, sejak 2004 Indonesia masih menjadi negara pengimpor bersih minyak. Kebutuhan BBM untuk konsumsi Indonesia mencapai 1,4 hingga 1,5 juta barel per hari. Hal ini tidak sanggup dipenuhi oleh pemerintah lagi karena deretan masalah di atas.

Kementerian ESDM selaku 'bapaknya' energi di Indonesia, jangan pesimis dengan cita-cita 1 juta barel per hari ini, ya. Ini semua demi memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri, walaupun Indonesia kita sedang transisi energi menuju EBT, namun tak bisa menampik bahwa kebutuhan BBM masih dibutuhkan di segala aspek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun