“Loh, Sisco ‘kan baru sekolah di sini pa, masa mau pindah lagi?” Ya, sebelumnya aku juga sering pindah sekolah oleh karena pekerjaan papaku yang sering berpindah tempat. papaku selalu mengatakan bahwa itu adalah tugas dari negara. Ya, papaku adalah salah satu anggota Tentara Nasional Indonesia(?).
“Tapi mau bagaimana lagi, ini tugas negara,” kata papaku dengan tenang.
Papaku memang adalah orang yang sabar, walaupun mukanya terlihat garang dan menyeramkan. Namun hati yang dimilikinya sangatlah halus.
Hari yang mungkin akan aku benci adalah hari ini, dimana aku harus berangkat ke Jawa. Perjalanan jauh harus kulalui dengan mobil militer yang dikirim khusus untuk mengangkut kami. Aku harus meninggalkan sekolahku yang selalu kuimpikan. Teman-temanku yang telah akrab aku kenal harus kutinggalkan begitu saja.
“Tidak apa-apa, sayang. Nanti kamu dapat sekolah yang lebih bagus di sana,” hibur mamaku. Aku hanya terdiam mendengar itu.
Sesampainya di Jawa, papaku langsung mendaftarkanku ke salah satu sekolah militer disana. Aku benci sekolah militer. Aku benci kekerasan. Aku selalu berpikir bahwa sekolah militer selalu menghukum anak muridnya. Aku benci semua itu. Aku lebih suka serius namun santai, bukan serius dan galak. Aku benci sekolah itu.
“Pa, nanti saya pasti tidak bisa berbaur dengan mereka,” kataku merengek pada papaku untuk tidak didaftarkan di sekolah militer itu.
“Tidak apa-apa kok, dulu papa juga begitu, kok,” kata papaku.
“Pasti besok bisa kok, cuman butuh waktu saja,” tambahnya untuk menyemangatiku.
Aku tidak dapat berkata-kata lagi. Jika papaku sudah berkata sesuatu, ia akan memegang teguh perkataannya. Itu salah satu hal yang aku suka dari papaku, sekaligus hal yang aku benci dari papaku.
***