Mohon tunggu...
Nikodemus Yudho Sulistyo
Nikodemus Yudho Sulistyo Mohon Tunggu... Dosen - Menulis memberikan saya ruang untuk berdiskusi pada diri sendiri.

Saya bergabung di Kompasiana sekedar untuk berbagi mengenai beragam hal. Saya menyenangi semua yang berhubungan dengan bahasa, sosial, budaya dan filosofi. Untuk konten yang berhubungan dengan kritik sastra, dapat juga ditonton di kanal YouTube saya yang bisa diklik di link profil.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Konoha dan Wakanda: Ketidakacuhan Berbalut Skeptisisme

12 Oktober 2023   21:21 Diperbarui: 14 Oktober 2023   16:57 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Dokumentasi Pribadi (Wakanda/Konoha AI)

Dijelaskan juga melalui laporan We Are Social, bahwa pengguna internet di Indonesia telah mencapai 213 juta orang pada tahun 2023. Ini berarti setara dengan 77% dari total populasi Indonesia yang sebanyak 276,4 juta orang. (Sumber). 

Ini berarti, dengan pengguna internet sebanyak itu, warganet memberikan banyak sumbangsih dalam perilaku di dunia maya. Segala jenis opini, kritik bahkan ejekan dan hate speech memiliki jumlah yang tidak main-main.

Skeptisisme dan rasa takut saya rasa bukanlah alasan utama mengapa warganet menggunakan kata-kata Wakanda dan Konoha sebagai ganti kata Indonesia, tetapi lebih pada kurangnya kesopanan, tata krama, ketidakacuhan, dan kurangnya pengetahuan.

Saya ingat ketika warganet kerap membandingkan hukuman mati yang dilakukan oleh Tingkok atau Korea Utara terhadap para pelaku korupsi dengan hukuman bagi para koruptor di Indonesia (tentu saja ditulis dengan Wakanda atau Konoha). 

Tentu saja ini bukanlah perbandingan yang layak, karena meski kita tahu bahwa hukum bagi para koruptor di Indonesia memang luar biasa ringan, warganet mungkin tidak acuh dengan pengetahuan bahwasanya Tiongkok dan Korea Utara yang berideologi komunisme memiliki beragam perbedaan dan pertentangan dengan konsep negara Pancasila: bagai air dan minyak, terutama ketika melihat dari sisi sejarah kelam yang dialami bangsa ini.

Saya hanya bisa berharap bahwa penggunaan kata Konoha dan Wakanda yang sudah terlanjur digunakan untuk merujuk kepada negara kita tercinta ini sungguh sebagai sebuah bentuk kritik yang membangun, bukannya sarana mengejek, atau bentuk dari ketidaktahuan bahkan ketidakacuhan kita kepada bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun