Mohon tunggu...
Nikodemus Yudho Sulistyo
Nikodemus Yudho Sulistyo Mohon Tunggu... Dosen - Menulis memberikan saya ruang untuk berdiskusi pada diri sendiri.

Saya bergabung di Kompasiana sekedar untuk berbagi mengenai beragam hal. Saya menyenangi semua yang berhubungan dengan bahasa, sosial, budaya dan filosofi. Untuk konten yang berhubungan dengan kritik sastra, dapat juga ditonton di kanal YouTube saya yang bisa diklik di link profil.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Konoha dan Wakanda: Ketidakacuhan Berbalut Skeptisisme

12 Oktober 2023   21:21 Diperbarui: 14 Oktober 2023   16:57 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sini saja kita tahu bahwa pengguna kata-kata tersebut memang kurang memiliki pengetahuan yang luas mengenai sebuah tempat termasuk keadaan sosial-budaya masyarakat yang tinggal di tempat tersebut. Ketidakacuhan pengguna kata ini melihat India hanya pada satu sisi dan menolak untuk membuka pikiran dan pengetahuan.

India sendiri tercatat sebagai sebuah negara yang kaya sejarah dan sumbangsih peradabannya di dunia. Selain itu, negara ini dikenal sebagai negara yang memiliki potensi besar untuk menjadi negara adidaya bersanding dengan China. India adalah negara dengan ekonomi terbesar di dunia berdasarkan nominal GDP. Bahkan menurut Harvard Business Review, India telah melampaui Inggris, Prancis, Italia dan Brazil pada tahun 2019 lampau. (Sumber)

Kembali, ini menunjukkan bahwa kita hanya memiliki sedikit saja sisi buruk dari sesuatu dan menggunakannya untuk menunjukkan ketidakpahaman dan ketidakacuhan diri kita sendiri.

Begitu pula dengan penggunaan istilah Wakanda dan Konoha, alih-alih terlihat kritis dan skeptis, pengguna kata-kata ini malah menunjukkan betapa mereka cenderung tidak memiliki pengetahuan yang cukup, bahkan mungkin empati.

Ketika melihat sesuatu yang buruk sedang terjadi di Indonesia, untuk menunjukkan ketidaksukaan mereka, maka Konoha dan Wakanda digunakan untuk mengejek dan menempatkan Indonesia pada posisi yang negatif.

Misalnya saja penegakan hukum. Banyak sekali permasalahan hukum di Indonesia yang tidak tuntas atau tidak berjalan dengan baik. Kasus-kasus korupsi tidak mendapatkan perhatian yang besar bahkan tidak sedikit yang menguap begitu saja. Banyak terdakwa yang tidak mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan kejahatan mereka.

Banyak warganet kemudian menggunakan istilah Konoha dan Wakanda, negara yang 'istimewa' dengan segala keburukan ini.

Saya wajar dan paham. Saya sendiri termasuk yang jengkel dan kerapkali muak dengan perilaku para penguasa, terutama yang dekat dengan uang dan bisa dikatakan kebal hukum.

Namun, menuduh bahwa penguasa membungkam kebebasan pendapat masyarakatnya di masa kini sepertinya tidak relevan lagi. Harusnya masyarakat lebih melek pengetahuan dan membuka diri dengan kemampuan mengakses internet. 

Bila dibandingkan dengan masa pemerintahan Orde Baru misalnya, maka perbedaan ini jelas terasa, dimana saat itu masyarakat yang mengkritisi pemerintah akan dianggap melakukan tindakan yang subversif dan berbahaya, sehingga perlu ditanggap, diadili dan dibungkam.

Menurut Digital Civility Indek (DCI) oleh Microsoft, Indonesia adalah negara dengan tingkat kesopanan warganet yang buruk, bahkan meningkat dari tahun ke tahun (Sumber). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun