Mohon tunggu...
Nikodemus Yudho Sulistyo
Nikodemus Yudho Sulistyo Mohon Tunggu... Dosen - Menulis memberikan saya ruang untuk berdiskusi pada diri sendiri.

Saya bergabung di Kompasiana sekedar untuk berbagi mengenai beragam hal. Saya menyenangi semua yang berhubungan dengan bahasa, sosial, budaya dan filosofi. Untuk konten yang berhubungan dengan kritik sastra, dapat juga ditonton di kanal YouTube saya yang bisa diklik di link profil.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Perempuan Harus Bisa Memasak? Sebuah Refleksi Filosofis

30 Januari 2023   14:01 Diperbarui: 30 Januari 2023   14:05 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena, bayangkan laki-laki telah mendominasi semua pekerjaan profesional berbasis basic life/survival skill tadi seperti memasak (chef, cook dan tukang masak yang menjual makanan seperti nasi goreng, bakso, masakan Padang, dan sebagainya), pekerjaan rumah dan berberes (housekeeping, cleaning service).

Perempuan direbut haknya karena laki-laki mendominasi semua sektor ekonomi seperti pertukangan, kelistrikan, perkapalan, transportasi, bahkan sampai di bidang kosmetik dan kecantikan. Semua disapu habis.

Sebenarnya, untuk laki-laki pun sama saja. Banyak anggapan bahwa laki-laki tidak harus bisa bertukang, bertani, paham kelistrikan atau perbengkelan. Namun, laki-laki yang menolak untuk mencari tahu dan belajar tentang teknik dan skill tersebut di atas, dipastikan memiliki banyak kesulitan dalam kesehariannya. Hal-hal sederhana seperti memasang bohlam lampu yang putus atau memasang kabel listrik, sampai sekadar memaku gantungan baju di pintu harusnya tidak perlu membuat seorang laki-laki mengeluarkan uang hanya untuk meminta seseorang memasangkan lampu atau gantungan baju.

Step aside the gender-based responsibility argumentation, saya merasa bahwa memasak adalah keharusan baik perempuan maupun laki-laki. Tidak hanya itu, memasak malah seharusnya menjadi hak khusus bagi seorang perempuan. Tidak boleh ada propaganda dan pelarangan bagi perempuan untuk bisa dan mau memasak, entah untuk alasan seperti memasak untuk suami dan anak-anaknya, atau memasak untuk diri sendiri. Memasak adalah hak perempuan untuk survive dalam kehidupan mereka, merdeka dan independen, bukan untuk mengekang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun