Andaikata media secara menyeluruh mengenai, sebut saja, dunia game online, bahasa Inggris, atau apapun yang berhubungan dengan fancy food, place atau budaya mewah lainnya, maka akan terlihat bahwa Livy memiliki imej yang jauh dari kesan polos atau lugu itu tadi.
Sebagai analogi mungkin sama seperti generasi muda yang tidak bisa relate dengan beragam isu, fenomena dan konsep-konsep tertentu yang dialami generasi sebelumnya. Orang yang lebih tua akan bercerita tentang sulitnya transportasi di jamannya dan komunikasi tidak semudah masa kini.Â
Kemudian generasi lebih tua yang tak acuh akan dengan gampangnya menuduh bahwa generasi muda adalah orang-orang yang tidak mau hidup susah, kurang kerja keras dan manja. Padahal, ini hanyalah masalah circle atau kondisi budaya serta kebiasaan yang berbeda.
Media dengan culture industry nya lah yang sebenarnya telah menciptakan imej Livy yang polos sebagai produk entertainment alias hiburan dan kemudian terus mereplikasikannya demi keuntungan yang terus-menerus sebagai materi hiburan.Â
Oleh sebab itu, di kemudian hari, kita akan kerap melihat Livy dalam replikasi bentuk hiburan lain seperti konten video Tik Tok, meme komedi, atau bahan hiburan akun-akun media sosial lain seperti Instagram atau Facebook.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H