Penggunaan partikel yang berciri khas tersebut bukan tanpa tujuan. Tidak sedikit ekspresi yang sulit untuk diungkapkan dengan menggunakan bahasa tertentu, sebagai hasilnya seorang pembicara kerapkali mencoba menambahkan aksen bahasa ibu agar ekspresi emosi yang ingin diutarakan dapat tercapai. Tidak ubahnya dengan orang jawa yang kerap menggunakan partikel to dan lo walau juga fasih berbahasa Indonesia. Ini dilakukan agar mendapatkan sense yang tepat sesuai dengan apa yang ingin ia utarakan. Kadang pula ini terjadi karena bahasa yang mereka pakai memiliki partikel yang kurang sesuai, atau jumlah yang tidak begitu banyak, sehingga mereka harus kembali mencomot partikel dari bahasa asli mereka.
Namun begitu, mungkin pula analisis saya belum benar-benar lengkap dan mencakup semua aspek, baik secara sintaksis (struktur) maupun semantis (makna). Saya hanya membuka ide ini dengan sebuah analisis dan pemahaman sederhana yang bersifat mendasar. Bila ada pernyataan atau tambahan termasuk informasi, saya bersedia berbagi dengan anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H