Waktu menggenang di ubanmu
Perempuan menunggui kampung
Saban fajar menghitung helai matahari
Berapa jatuh di rusuk rumah panggung
Perempuan penunggu kampung
rindu pada burung-burung
bermigrasi ke perdikan jauh
memburu  hidup yang membujuk Â
dan kilau emas perantau
saat mudik dari seberang laut
Mata rabun menuntun jemari rapuh
memungut ilalang runtuh
dari bubungan rumah tetua Â
disulam  jadi suaka tak bernama
tempat jiwa anak-anak disimpan
didoakan saat pesta adat berhujan
Perempuan penunggu kampung
Saban siang menyiangi  mesbah
tempat  roh kebenaran
menggembalakan lidah para pemuka
Agar adil menghitung perkara
Agar sabar padamkan amarah antar sanak
Agar menyembuhkan luka oleh duka
Agar melepaskan jiwa yang meninggal
Tenang beranjak ke padang yang kekal
Saban petang engkau senandungkan tidur
Membujuk  pergam diam di beringin purba
Menanti musim buah tiba
Agar ayam hutan tak hijrah ke belukar hitam
Tetap berkokok memerintah fajar
Singgah di pucuk-pucuk kelapa
Perempuan penunggu kampung
Menyiram peluh pada beringin muda
Agar bercabang mendinginkan gerbang
Menaungi bocah bosan dengan hapalan bebal
Flores, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H