Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Penunggu Kampung

24 November 2023   07:54 Diperbarui: 24 November 2023   08:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu menggenang di ubanmu

Perempuan menunggui kampung

Saban fajar menghitung helai matahari

Berapa jatuh di rusuk rumah panggung

Perempuan penunggu kampung

rindu pada burung-burung

bermigrasi ke perdikan jauh

memburu  hidup yang membujuk  

dan kilau emas perantau

saat mudik dari seberang laut

Mata rabun menuntun jemari rapuh

memungut ilalang runtuh

dari bubungan rumah tetua  

disulam  jadi suaka tak bernama

tempat jiwa anak-anak disimpan

didoakan saat pesta adat berhujan

Perempuan penunggu kampung

Saban siang menyiangi  mesbah

tempat  roh kebenaran

menggembalakan lidah para pemuka

Agar adil menghitung perkara

Agar sabar padamkan amarah antar sanak

Agar menyembuhkan luka oleh duka

Agar melepaskan jiwa yang meninggal

Tenang beranjak ke padang yang kekal

Saban petang engkau senandungkan tidur

Membujuk  pergam diam di beringin purba

Menanti musim buah tiba

Agar ayam hutan tak hijrah ke belukar hitam

Tetap berkokok memerintah fajar

Singgah di pucuk-pucuk kelapa

Perempuan penunggu kampung

Menyiram peluh pada beringin muda

Agar bercabang mendinginkan gerbang

Menaungi bocah bosan dengan hapalan bebal

Flores, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun