Jejak-jejakmu akan sepi meniti angin
berlari sepanjang sepanjang bukit
Sedang lanskap kehilangan rerumputan
dimamah kerbau kemarau
mungkin tiada lagi kumpulan sejuk
cuma  debu  tertinggal di buku kakimu
yang telah melepaskan masa kecil di teluk
Nak
berjalanlah terus, meski nujum terasa buntu
meski peluhmu melepuhkan tengkuk
karna engkau tahu kebenaran tidak butuh sekutu
ia adalah peziarah tunggal
selalu rindu cahaya suar di pelabuhan dalam
Engkau tahu, kebenaran itu  elang merah
terbang sendirian menunggang pusaran udara
dengan mata  awas untuk menemukan jawaban
di antara bayangan hitam persoalan
Kebenaran tak pernah mencari aliansi
pada gerombolan pipit
ribut sendiri saat mencuri padi milik rakyat kecil
Dalam kebenaran, hendaklah kau  menapak
gemulai rumput jangan diturut
tugu batu gunung adalah pratanda diwariskan moyang
tempat kakimu menemukan fondasi
dan keputusan berjumpa tumpuan
dalam jalan  matamu hendaklah  awas
pada jejak para perompak
yang tercatat di rebahan ilalang
Jika hatimu resahÂ
dengarkan bisikan  alam
yang meminjam suara elang merah
membuka setapak sepanjang pematang Â
menuntun kemana kaki meski mendaki
Jika jiwamu remuk, kenangkan  Ibu
menantimu di gunungnya yang biru
dengan buah dada penuh dan rimbun
Yogya, July 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H