Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapitalisme Kesepian

23 Desember 2021   01:34 Diperbarui: 11 Maret 2022   18:52 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang merasa sepi, ditolak dan tak dicintai melarikan diri ke narkotika. Kesepian melanggengkan kecanduan narkoba. Lalu lingkaran setan terjadi. Konsumsi narkoba akibat kesepian, membuat pecandu ditolak secara social. Penolakan ini membuat pecandu makin merasa sepi dan makin sulit lepas dari narkoba.

BNN yang mengutip World Drug report melaporkan bahwa ada 269 juta pengguna narkoba di dunia di tahun 2020. Sampai dengan tahun 2021, pecandu narkoba di Indonesia mencapai 3,4 juta orang. Jumlah ini dihasilkan dari survei BNN dan LIPI (https://fin.co.id). Pada tahun 2017 saja, nilai penjualan narkoba mencapai Rp 250 Triliun. (https://ekonomi.kompas.com).

Perputaran uang dari bisnis haram ini akan meningkat seiring perluasan sisi gelap kota yakni kesepian. Ada indikasi kuat bahwa kecanduan di kalangan remaja juga disebabkan oleh perasaan sendirian dan ditolak.

Kapitalisme kecantikan

Ada dugaan bahwa sindrom kesepian mendorong konsumsi kosmetik. Meskipun ada banyak pendapat yang menolak argumen ini. Hubungan rasa sepi dan belanja komestik tidak bersifat langsung.

Rasa sepi meningkatkan kebutuhan pada 'attachment'. Ini adalah keinginan memiliki relasi dekat dengan orang lain. Di kalangan remaja, hal ini menyangkut kebutuhan akan teman sebaya.

Salah satu cara untuk menambah teman adalah dengan menjadi lebih menarik secara fisik. Karena itu, mereka yang berada pada fase remaja akhir (18-19) cenderung melakukan belanja komestik lebih banyak. Riset-riset psikologis menunjukkan para remaja tahap akhir cenderung mengalami perasaan tidak aman dan kesepian.

Fenomena ini ditangkap oleh industri kecantikan. Mereka menciptakan produk-produk kosmetik untuk remaja untuk meningkatkan penjualan. Pada tahun 2018, nilai industri kosmetik global mencapai $ 507.8 Miliar. Di Indonesia nilai pasar kecantikan dan perawatan diri  diperkirakan mencapai US$ 6.03 miliar pada 2019. Sebagian dari nilai ini, disumbang oleh kosmetik remaja.

Mencintai kesepian?

Bagaimana mengatasi rasa sepi? Ada banyak tips di internet. Mana yang efektif sangat tergantung karakter dan pola kesepian setiap orang. Kalau sindrom kesepian  agak parah, mungkin perlu ke psikolog. Misalnya kalau anda mulai menarik diri lebih jauh.

Kesepian berkaitan dengan kebutuhan akan relasi emosional dengan orang lain. 'Usaha membunuh sepi', meminjam frasa Felix Nesi dapat dimulai dengan terlibat dalam kelompok lebih besar. Kelompok hobi dapat menjadi salah satu alternatif. Bergabung dalam grup 'nyepeda', arisan atau grup memancing. Yang penting bukan mancing keributan. Selain  hobi,  aktivitas keagamaan seperti pengajian tidak hanya mempertemukan dengan Tuhan, tetapi juga dengan teman.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun