Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tidak Ada Pasar dalam Banjir

22 Januari 2021   00:02 Diperbarui: 23 Januari 2021   15:07 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir dan asap juga begitu. Para pengusaha jelas tidak akan menghitung banjir dan polusi sebagai biaya produksi dalam neraca perusahaan. Kalau banjir dan asap langsung bisa mempengaruhi ongkos produksi maka, perusahaan akan berupaya keras mengurangi banjir. Tidak ada teknologi untuk mengidentfikasi ini banjir siapa atau asap siapa.

Lalu bagaimana? Negara dan hukum yang menggantikan mekanisme pasar. Melalui hukum dan kebijakan, negara dapat mencegah perusahaan 'menghasilkan' produk sampingan yang bernama banjir atau asap. Misalnya dari 2000 ha konsensi, 200 ha untuk warga desa setempat, 100 ha atau berapa yang cocok, harus dipertahankan sebagai di sela-sela perkebunan. 

Tak masuk akal? Ya barangkali, tetapi banjir di mana-mana sangat menampar akal manusia Indonesia yang sehat. Banjir di Kalimantan jelas berhubungan dengan mekanisme pasar yang serakah dalam perluasan kebun sawit dan tambang. Sementara keuntungan tambang dan sawit dinikmati pemilik, produk samping mereka menimbulkan 'luka' bagi masyarakat. Kalau presiden sudah mengkambinghitamkan curah hujan dan luapan sungai. Siapa mo Help?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun