Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemilih ke-20

9 Desember 2020   08:58 Diperbarui: 9 Desember 2020   10:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 13.30. Penghitungan suara telah dimulai. Saksi-saksi yang tertidur, bangun. Mata mereka tertuju pada surat suara yang diangkat tinggi.

Monita sudah pulang. Dipandangnya jari kelingking. Masih ada jejak tinta. Terang sekali. Seperti jejak-jejak dari Yogya.

****************

Pukul 13.59. "Tidak Sah" kata petugas KPPS sambil mengangkat selembar surat suara.

Surat suara itu tak dicoblos. Pada wajah pasangan nomor tiga,: TELOR (Tegar dan Lotar) ada tulisan, "Tegar, kembalikan liontin Ibuku yang kau gadaikan dulu,  untuk bayar utang di warung".

Yogya, 9 Desember.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun