Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengembangkan Metafora dalam Puisi

6 November 2020   16:43 Diperbarui: 6 November 2020   16:58 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

mungkin saja  mengalir pelan-pelan

membasahi hati yang letih menanti sendiri

sejak hari belum berpintu pagi

berjendela petang

Dalam puisi ini saya menggambarkan kerinduan menunggu bertemu dengan dia seperti burung kolibri menunggu kamboja mekar lalu bisa 'berjumpa' dengan nektar. Pembaca yang lain akan memaknai ulang penggalan puisi yang menghasilkan 'pengalaman' berbeda.

Karena itu, puisi membutuhkan apa yang dilakukan peneliti yakni observasi terhadap lingkungan dekat atau jauh.  Perbedaannya adalah hasil observasi itu diungkapkan dengan gaya bahasa sastra dan tidak secara harafiah.

Anda bisa meminjam dari lingkungan dekat sekitar rumah, atau lingkungan jauh dari masa kecil, dari kebudayaan lain, dari media cetak atau on-line atau sumber-sumber lain. Anda juga bisa meminjam dari perjumpaan dengan orang lain. Terima kasih semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun