Di antara denting gending,
kaki-kakimu melenting
dibujuk  oleh seruling
sedang siluet selendang merah
berkelebat di antara bayangan daun
yang ditenun oleh cahaya lampu panggung
tubuh berpusar dalam harum menyan
 dan kembang mawar
kerumunan  berdengung
 Terbius kerlingan matamu
jantung berdegup
Menarilah terus
Udara malam yang retak
Dicecah rancak hentakan
Darahku, darah kita yang menggelegak
Mengirim pesan pada roh-roh penjaga benteng tua
Turunlah tuan dan nyonya di gelanggang
Mari kita berdansa dalam dentang gamelan
Menarilah terus
sepanjang panggung pengalaman
Sebab hidup adalah tarian panjang
Perkara-perkara itu serupa hentakan gendang
Memacu semangat saat  jiwamu  lepas pegangan
Dengan jemari yang lentik, puisi dapat ditulis
Atau menenun mimpi saat beban begitu menghimpit
Menari saja terus
Menelusuri lekak-lekuk bepeluh
Denting  jernih  kecapi
Membisik pada kaki-kaki  letih
"takdir ada yang membidani
sejak ketuban mengalir"
Solo, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H