Ketika tiba waktunya penerimaan raport di sekolah, pasti biasanya akan diumumkan siapa-siapa saja yang menjadi juara kelas atau 3 besar terbaik. Tentu orang tua dari anak yang menjadi juara kelas tersebut sangat bangga dengan anaknya. Lalu bagaimana dengan orang tua yang anaknya tidak masuk ke 3 besar atau tidak menjadi juara kelas?Â
Apakah ada dari orang tua yang kecewa atau bahkan membanding-bandingkan kecerdasan anaknya dengan anak yang lain? Tidak dipungkiri pasti ada kan! Kalau dari mom's atau dad's pernah melakukannya, coba deh baca ini!Â
Melihat kecerdasan anak yang gemilang tentu memang menyenangkan, akan tetapi bukan berarti kita harus menjadikan anak tersebut sebagai tolok ukur untuk kecerdasan anak kita, apalagi sampai membandingkan kecerdasan anak kita dengan anak orang lain.Â
Membandingkan anak kita dengan anak orang lain adalah sebuah kesalahan. Membanding-bandingkan anak malah akan berefek buruk bagi perkembangan mental dan juga kepercayaan diri mereka. Kita harus menyadari bahwa setiap anak itu istimewa.Â
Tidak ada anak yang terlahir tidak cerdas. Tidak adil bukan jika kita menuntut si A untuk menjadi si B atau sebagainya. Banyak hal yang harus kita pahami, sebelum kita menuntut.Â
Howard Gardner seorang lulusan Harvard University mengajukan sebuah teori yang dikenal dengan multiple intelligences. Gardner membuat teori ini sebagai bentuk bagian dari rasa kekhawatirannya jika kecerdasan seseorang hanya diukur dengan tes yang bersifat umum (penalaran verbal dan non-verbal).Â
Teori multiple intelligences menyebut bahwa setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda di berbagai bidang intelektual. Teori multiple intelligences ini kemudian juga menjadi pematah teori dikotomi cerdas-tidak cerdas dari ahli sebelumnya.
Howard Gardner memetakan kecerdasan manusia kedalam 9 tipe kecerdasan, yaitu:
1. Linguistik
Menikmati, menyukai, dan memiliki kecakapan dalam kegiatan membaca, puisi dan segala sesuatu yang berkaitan dengan sastra dan linguistik. Salah satu ciri kecerdasan ini adalah mudah menghafal kata-kata atau nama (nama seseorang, tempat, dsb.).
2. Logis-matematis
Menikmati dan memiliki kecakapan dalam hal matematika dan sains, permainan strategi dan pengejaran berbasis logika apa pun. Menurut Gardner, kecerdasan logis-matematis bersemayam di otak depan sebelah kiri dan parietal kanan.
3. Musikal
Menikmati, menyukai, dan berkemampuan baik dalam dunia musik. Menurut Gardner, musikal merupakan kecerdasan yang tumbuh paling awal dan muncul secara tidak terduga dibandingkan dengan bidang lain pada inteligensi manusia.
4. Spasial/visual
Menikmati, tertarik, dan memiliki kecakapan dalam hal yang berhubungan dengan gambar, foto, permainan kontruksi, sentuhan teka-teki seperti jigsaw, dsb. Salah satu ciri dari anak yang memiliki kecerdasan ini adalah ia lebih mudah mengenali atau mengingat seseorang dari wajahnya dibandingkan dengan namanya.
5. Kinestetik
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan ketertarikan dan kecakapan anak dalam aktivitas yang melibatkan sentuhan dan gerakan, menari, olahraga dan kegiatan praktis lainnya.
6. Interpersonal
Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain. Tipe kecerdasan ini memiliki kecakapan dalam aktivitas komunikasi, kepemimpinan, dan kemampuan untuk berempati.
7. Intrapersonal
Memiliki kecakapan dan menikmati motivasi diri, tidak ada ketergantungan pada orang lain, memiliki kesadaran akan perasaan sendiri lebih dari orang lain. Individu dengan kecerdasan tipe intrapersonal sering dilihat sebagai rasa malu. Kecerdasan intrapersonal membuat anak lebih memahami apa kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya.
8. Naturalistik
Menikmati dan suka dengan alam. Berkemampuan baik dalam mengenali pola dan klasifikasi flora, fauna, benda alam lainnya.
9. Eksistensial
Tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dan keberadaan manusia. Memiliki pertanyaan tentang siapa aku, kenapa aku ada, makna hidup, asal-usul keberadaan suatu hal, dsb.
 Â
Dari penjelasan Gardner dalam teorinya yang berjudul multiple intelligences kita dapat mengetahui bahwa banyak sekali jenis kecerdasan yang ada dalam diri manusia. Dan tingkat kecerdasan pada masing-masing tipe kecerdasan itu berbeda antara satu anak dan anak yang lain. Mungkin saja seorang anak yang jago melukis, tapi tidak terlalu pandai dalam perhitungan matematika, dsb.Â
Jadi, stop membandingkan kecerdasan anak ya mom's & dad's. Jangan memaksakan anak untuk menjadi seperti anak yang lain. Setiap anak itu cerdas dengan tipe kecerdasan mereka masing-masing. Kecerdasan adalah bentuk anugerah Allah kepada kita semua yang harus selalu kita syukuri. Daripada membandingkan kecerdasan anak, lebih baik mulai sekarang kita mulai mencari tahu tipe kecerdasan apa yang dimiliki oleh anak kita.Â
Dengan mengetahui tipe kecerdasan yang dimiliki, maka kita dapat mengarahkan anak kita untuk terus mengasahnya sehingga bisa berkembang dengan baik dan mencapai prestasi yang gemilang. Dan jangan lupa untuk selalu menghargai dan mengapresiasi setiap proses maupun pencapaian yang telah dibuat oleh anak kita. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H