Mohon tunggu...
Nikmatul Sugiyarto
Nikmatul Sugiyarto Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Berekspresi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Politik

PDIP Akan Berlaku Adil

21 Oktober 2022   20:37 Diperbarui: 21 Oktober 2022   20:43 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: detik news

Pertengkaran adalah hal yang wajar bagi kakak dan adik. Orang dewasa selalu berusaha melerai kedua saudara ketika sedang dalam pertengkaran. Bilangnya "Hayo, kakak ngalah dulu sama adik", alasannya yang sering terlontar itu, karena sang kakak lebih dewasa dari sang adik, jadi demi semuanya pihak kakak yang diharuskan untuk mengalah.

Beda lagi saat ibu yang menjadi penengah dalam pertengkaran keduanya, ibu dengan sikap tegas akan merunut cerita kedua anaknya, siapa yang memulai pertengkaran lebih dulu. Sambil bercerita, kedua saudara akan lebih tenang tidak terbawa emosi masing-masing.  

Maksud dari ibu menyuruh keduanya bercerita bagaimana awal mula permasalahan mereka, semata-mata agar keduanya juga saling intropeksi diri. Hingga permasalahan selesai dengan oleh sang hakim, keduanya akan berakhir damai, dan saling bermaafan.

Itu cerita kecilku dulu saat bertengkar dengan adikku. Suatu masalah akan menemukan titik terangnya, dengan melihat bagaimana asal mula datangnya problem itu, hingga terjadi perselisihan karena perbedaan pendapat, atau berebut suatu hal, kemudian akhir dari penyelesaiannya menurunkan ego, mengambil jalan tengah dan berbesar hati saling bermaafan. 

Begitu cara ibuku dalam menengahi anak-anaknya yang sedang bertengkar. Bukan langsung menyuruh siapa yang paling dewasa yang harus mengalah dan lebih dahulu meminta maaf, tanpa tahu alasannya terlebih dahulu. Tidak, tidak hanya dalam keluargaku, aku yakin setiap ibu di luar sana juga akan bertindak sama adilnya dengan ibuku.

Layaknya pelajaran hidup dimulai dari organisasi terkecil di lingkungan sekitar kita, yaitu keluarga. Sebuah kata yang disebut keluarga, untuk menjangkau organisasi kecil itu, tidak harus berdasar dengan adanya ikatan darah. Keluarga adalah mereka yang dekat dengan kita, yang mengerti kita, yang ada di segala kondisi yang menerpa kita.

Seperti keluarga yang tercermin dalam partai politik, PDIP adalah salah satu keluarga besar negara ini. Berbicara tentang pertikaian antar anggota keluarga, hal tersebut juga sedang dialami parpol merah itu. Masalah lama, namun kembali ditindaklanjuti lagi sekarang.

Tempo hari para loyalis PDIP mendirikan dewan kolonel, sebagai tim yang dibentuk untuk mendukung Puan Maharani maju sebagai capres yang diusung PDIP. Tugas dari dewan kolonel sendiri adalah menaikkan citra dan elektabilitas Puan maharani.

Kita ketahui, kader yang digadang untuk maju pilpres dari PDIP tidak hanya Puan, namun pilihan sebagian besar rakyat jatuh pada Ganjar Pranowo. Sontak setelah terpublikasinya dewan kolonel, relawan Ganjar yang mendukungnya mengambil ancang-ancang, membentuk dewan kopral untuk menandingi dewan kolonel milik Puan.

Kedua tim itu memanas di kalangan masyarakat, hingga melibatkan sang ketua umum, Megawati Soekarnoputri, buka suara dalam acara yang sedang diselenggarakan oleh PDIP. Sang ketua mengaku kaget dengan adanya dewan yang terbentuk dalam internal PDIP, beliau menegaskan tidak adanya AD/ART yang mengatur tentang pembentukan tim dukungan bakal capres.

Jadi dalam klarifikasinya, Megawati hanya menganggap itu sebagai guyonan saja. Begitu pula dengan dewan kopral hanya guyonan untuk menanggapi dewan kolonel saja. Kukira permasalahan itu akan mandeg di situ, dan dewan itu sudah bubar masing-masing, tapi nyatanya berhembus kabar PDIP mengeluarkan surat peringatan untuk dewan kolonel.

Dari kabar itu artinya, setelah adanya klarifikasi dari Bu Mega, dewan kolonel masih terus melancarkan aksinya hingga detik ini. Wuah, padahal sang ketua sudah bilang itu hanya guyon saja, karena tidak ada AD/ART yang mengaturnya, tapi masih tetap tidak dihiraukan oleh para loyalis itu.

Hingga sekarang turunlah SURAT PERINGATAN KERAS DAN TERAKHIR yang dikeluarkan oleh PDIP, ditandatangani oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun. Bukan lagi surat peringatan biasa, tapi ada embel-embel "KERAS DAN TERAKHIR" di akhirnya.

Itu menandakan bahwa dewan kolonel sudah bertindak jauh dari guyonan yang dimaksud oleh sang ketua. Jadi jika tidak segera dibubarkan, pastinya akan berujung dengan pemberian hukuman bagi loyalis yang bergabung di dalamnya. Dalam surat peringatan itu sudah dijelaskan ulang perihal capres yang diusung oleh PDIP adalah hak prerogatif sang ketua umum.

Dengan adanya surat peringatan yang ditujukan untuk dewan kolonel juga menandakan bahwa partai banteng akan bersikap adil untuk para kadernya, tidak membeda-bedakan kadernya. PDIP sudah tidak menolerir lagi tim-tim yang dapat memecah belah internal PDIP. 

Seperti yang diketahui khalayak umum, loyalis yang tergabung dalam dewan kolonel adalah orang-orang yang sering menjatuhkan kader PDIP macam Ganjar Pranowo. Tercatat salah satu loyalis yang berperan besar dalam tim pendukung Puan itu ialah Trimedya Panjaitan. 

Trimedya Panjaitan memang terkenal dengan statemennya yang menjelekkan nama Ganjar Pranowo melalui penuturannya yang mempertanyakan prestasi apa saja yang dilakukan Ganjar selama menjabat gubernur di Jawa Tengah. Loyalis satu itu memang dikenal sebagai Pendukung Mbak Puan garis keras, hingga tak jarang dia getol mengomentari tindak-tanduk Ganjar.

Trimedya tidak objektif dalam memberikan penilaian siapa bakal capres yang lebih baik diusung oleh partainya. Beda dengan Ganjar yang menganggap rakyatlah yang banyak berperan dalam menilai unggah-ungguh pemimpinnya, Trimedya tidak melibatkan rakyat dalam setiap opini yang dikeluarkannya. Hal itu terbukti dengan caranya membandingkan Puan dan Ganjar, saat membicarakan siapa bakal capres yang pantas diusung PDIP nanti. 

Beda halnya dengan dewan kolonel yang harus diberi SP dulu agar berhenti dari aksi mendukung Puan, FX Rudi, Ketua DPC PDIP Kota Solo, yang dari awal sudah menyatakan sikap untuk mendukung Ganjar menjadi capres 2024, menyatakan kesiapannya jika diberi sanksi oleh DPP PDIP.

Dalam penuturannyapun, lelaki berkumis tebal itu mengaku akan tetap setia menjadi kader partai banteng, sekalipun disanksi karena mendukung Ganjar maju dalam pilpres nanti.

Hal itu diungkapkan Rudy karena dirinya sangat menghormati sang ketua umum. Rudy memang dikenal dekat dengan Bu Mega, namun dalam beberapa hal ia sadar semua tidak boleh semena-mena dengan sang ketua. Rudy sangat mengenal Bu Mega, beliaulah yang paling objektif di partainya. 

Dirinya yakin Bu Megawati akan memberi keputusan yang adil untuk para kader. Begitu pula saat kader-kadernya dalam perselisihan, Bu Megawati akan bertindak seperti layaknya seorang ibu dalam sebuah keluarga, akan melerai anak-anaknya, bertindak tegas, dan adil tanpa melihat status kadernya di luar partai. Bagi Bu Megawati dalam PDIP, mereka semua adalah kader, anak-anak dalam keluarga besar, PDIP.

Nikmatul Sugiyarto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun