Ganjar mengunjungi seniman dan aktivis di Jogja, niat awalnya hanya melihat-lihat karya sang seniman, Mas Butet. Tapi berakhir dengan kumpul-kumpul bersama seniman dan kawan-kawan aktivis, sambil berceloteh ringan, dengan ngopi syahdu.
 Ganjar berkeliling melihat lukisan, ditemani sang pelukis langsung. Tepat saat menguraikan makna dibalik obyek yang menggambarkan Pak Hoegeng sedang melukis versi muda dirinya, yang berbalut lengkap dengan seragam polri kebanggaanya.
 Namun ada yang kurang, satu kakinya belum terbentuk, membuat publik bertanya-tanya apa maksud di balik lukisan itu. Pada Ganjar, Butet menceritakan apa pesan dalam lukisannya itu.Â
 Butet menggambarkan bagaimana kinerja polri saat ini yang belum bisa berdiri kokoh di atas kakinya sendiri dalam memecahkan serentetan kasus yang menimpa negeri ini. Hal itu memang tepat mencerminkan kondisi polri saat ini.
 Polri adalah salah satu tonggaknya bangsa ini, yang melindungi rakyatnya dari bahaya kriminal yang mengancam. Ganjar menanggapi lukisan itu, seharusnya terpampang di dinding istana presiden Jum'at lalu biar bisa jelas dilihat barisan polri di sana.
 Dengan entengnya Butet berkata, akan mewujudkan saran kawannya itu saat Ganjar menjadi presiden. Sontak berjengit kaget, dan memperingatkan Butet agar tidak berkata seperti itu. Ekspresi kagetnya tidak disa dibohongi lagi dari gojekan Butet yang dibarengi dengan gelakan tawa keduanya.Â
 Gojekan usil yang dilontarkan Butet kepada Ganjar hari lalu, bukan sekedar gojekan, Seperti sebuah lukisan yang memiliki cerita di balik gambarnya. Harapan dan do'a tersirat dalam gojekan Butet.
 Teman lama Ganjar itu, mendukung sang gubernur menjadi pemimpin negara ini. Bukan sembarangan penilaian dari seniman satu itu, mengingat dirinya sudah kenal lama sosok Ganjar.Â
 Ganjar yang humbel sudah tersorot dari pembawaannya. Ganjar yang cakap akan menghadirkan solusi bagi rakyatnya, sudah tentu terlihat dari perjalanannya selama berkarir di dunia politik. Penghargaan dan prestasi tidak perlu lagi disebut satu-persatu karena hanya akan memenuhi paragraf dalam tulisan ini.
 Ganjar yang merakyat nampak dari kehadirannya di tengah rakyat, menciptakan keharmonisan hubungan. Tak jarang gurauan, serta gelakan tawa mengalir begitu saja dalam interaksi sang gubernur dan rakyatnya. Ganjar yang berusaha terus untuk menekan angka kemiskinan daerah kuasanya.
 Ganjar yang peduli dengan pendidikan, minat, dan bakat anak-anak bangsa. Kontribusinya yang besar dalam menjaga dan melestarikan budaya. Semua bisa dijadikan kumpulan cerita apiknya pengabdian yang dilakukan sang gubernur untuk negeri ini.
 Bukan sempurna, dirinya jauh dari kata sempurna, dia hanya mencoba menjadi sempurna, tapi selalu sadar diri kesempurnaan hanya milik Tuhannya saja. Dirinya hanya manusia yang bertangan dan berkaki dua, berusaha kesana-kemari melayani rakyatnya. Pasti banyak yang belum bisa dijangkaunya, bukan karena yang dipedulikannya hanya terdekat saja.
 Dalam gerak tubuhnya dia selalu berusaha untuk menjangkau dimanapun rakyatnya berada. Tak salah bukan sekelas seniman gedhe macam Mas Butet ini mengharapkan dan berdo'a agar Ganjar meneruskan perjuangan Jokowi?
 Sebagai seorang seniman, Butet dikenal sebagai seorang yang memberikan pesan serta nasehat lewat karya-karyanya. Kali ini penilaiannya tidak lagi melalui karya yang ditorehkan dalam kanvas berbingkai, tapi lewat candaan yang dilontarkan untuk kawannya itu.
 Namun dirinya tidak mau mengecrohi panjang lebar teman lamanya itu, waktunya kembali dihabiskan dengan bernostalgia membahas zaman-zaman mereka yang sudah berlalu. Sambil mengistirahatkan pikir, Ganjar pun tidak membahas lagi gojekan yang spontan keluar dari mulut Butet itu.Â
Nikmatul Sugiyarto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H