Mohon tunggu...
Nikmatul Sugiyarto
Nikmatul Sugiyarto Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Berekspresi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ngerem Keserakahan Pesan Butet untuk Ganjar

17 Oktober 2022   22:52 Diperbarui: 17 Oktober 2022   23:46 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Potret seniman

Disinggung tentang seniman dan salah satu karyanya, lukisan, ingatanku melayang pada salah satu Drama Asia yang menceritakan sedikit tentang kehidupan seorang kurator. Keren saja menurutku profesi kurator itu, bisa menguraikan karya-karya yang terpajang dalam luasnya galeri.

Kurator ini sebagai tangan panjangnya dari para seniman yang menuangkan karyanya dalam sebuah obyek apik, yang memiliki arti dan makna di dalamnya. Antusias menyelimuti para pengunjung galeri yang menerima penjelasan dari kurator.

Semakin jelas bagi mereka yang sudah pro dengan karya-karya lukisan. Yang belum pro pun tidak perlu khawatir lagi, karena kehadiran kurator ini yang akan memudahkan setiap pengunjung dalam menelan informasi yang disampaikan para seniman.

Sama halnya dengan Ganjar, kali ini secara pribadi mendapat lukisan dari senimannya langsung, bukan lagi melalui kurator. Dalam unggahannya, Ganjar sedang berkunjung ke Jogja untuk bertemu dengan kawan-kawan lamanya, salah satunya adalah seorang seniman, yang akrab dengan sapaan Mas Butet.

Dalam acara kumpul-kumpul itu, Butet memberikan satu lukisan sebagai cindera mata untuk Ganjar. Butet menerangkan maksud gambar yang dibalut rapi dalam bingkai, gambar tersebut adalah gambar yang identik dengan 'ngerem keserakahan'.

 Tentu maksud Butet memberi lukisan itu untuk Ganjar bukan sekedar cindera mata, dari lukisan itu Butet menyampaikan pesannya untuk gubernur berambut putih itu. Butet juga menambahkan, mengendalikan keserakahan itu tidak hanya perihal materi atau harta atau kekayaan, tapi semua hal, termasuk jabatan sang gubernur saat ini, dan kelanjutan jabatan yang nanti akan menjadi jodoh selanjutnya.

 Serakah memang selalu mengelilingi diri setiap insan di dunia ini. Sudah memiliki satu sepatu, maunya beli lagi satu, bilangnya cuma buat gonta-ganti aja. Besoknya pas ada duit, beli lagi, kali ini alasannya sudah bosen sama yang lama. Dan begitu terus sampai sepatu menumpuk banyak di rak. 

 Dalam masalah jabatan pun sama, sudah menjadi lurah dengan gaji yang lebih  dari cukup untuk makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, dirinya akan menginginkan yang lebih. Hingga mau saja jika disodori segepok uang atau hadiah lain untuk melancarkan aksi si pemberi, entah dalam jual beli jabatan, atau mempermudah birokrasi.

 Ganjar selalu dikelilingi orang-orang baik, dia teteg dengan slogan sekaligus menjadi prinsipnya dalam memimpin, "mboten ngapusi mboten korupsi". Banyak rakyat ingin menjadikannya sebagai pemimpin negara ini. Sudah jadi rahasia umum, kalau Ganjar menjadi penantian rakyat. Kali ini harapan besar itu datang dari para seniman, dan kawan-kawan aktivis Jogja.

 Selama perjalanan Ganjar di dunia politik ini, dirinya memang memiliki banyak haters, yang datang tidak dari kalangan masyarakat saja tapi juga beberapa jajarannya. Itu karena Ganjar yang sulit diiming-imingi cara kotor untuk mendapatkan kepuasan pribadi, hingga tak jarang tuduhan menghampirinya.

 Dari pesan Butet ini adalah bekal, jika nanti Ganjar menjadi pemimpin negeri ini menggantikan Jokowi, ia harus tetep ingat sama nasehat-nasehat orang-orang di sekitarnya, seperti alarm yang menjadi pengingat jadwal tuannya.

 Tentu lukisan itu menjadi simbol yang identik untuk Ganjar dalam mengemban amanah rakyat yang dipikulkan ke pundaknya. Tentu Ganjar akan selalu mengingat akan pesan yang tersimpan dalam lukisan apik itu.

 Tidak hanya sekali ini Ganjar mendapat nasehat untuk menegndalikan keserakahan manusia dalam mengemban amanah. Sebelumnya, Ganjar selalu diwanti-wanti ibunya untuk menjadi seorang pemimpin yang jujur, tidak neko-neko.

 Tidak hanya sekali, dua kali, ibunya selalu mengingatkan Ganjar saat dirinya pulang ke rumah mengunjungi sang ibu. Pesannya selalu sama, untuk tidak neko-neko, tidak mengkhianati rakyatnya, tidak perlu menjadi serakah jika dirinya sudah mendapatkan gaji yang cukup untuk makan dan bertahan hidup.

 Tentu dari pesan itu, Ganjar bisa menjadi seorang pemimpin yang jauh dari keserakahan. Kali ini teman lamanya yang mengingatkan Ganjar. Itu adalah bukti tresnonya kawan-kawan lama ini dengan pak Gubernur satu itu. Terbukti dengan gamblang Butet menyampaikan pesannya agar bisa menjadi pemimpin yang selalu bisa 'ngerem keserakahan'.  

 

Nikmatul Sugiyarto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun