Mohon tunggu...
Nikmatul Sugiyarto
Nikmatul Sugiyarto Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Berekspresi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Koruptor Musuh Saya!

3 Oktober 2022   20:12 Diperbarui: 3 Oktober 2022   20:12 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar :  https://humas.jatengprov.go.id/detail_berita_gubernur?id=3711

Praktik korupsi sudah mengakar di negara ini, pelakunya tak terhingga seperti sudut dan putaran sebuah lingkaran. Semua orang dapat terjerat dalam kubangan kotor itu. Alasannya apalagi kalau bukan untuk tunjangan hidup megah nan mewah.

 

Tak cukup dengan apa yang dimilikinya sekarang, para koruptor akan mencari kenikmatan yang lebih dari yang dimilikinya saat ini. Tak hanya itu, pelakunya juga bisa kita temukan dari orang yang menginginkan sebuah pekerjaan.

 

Pekerjaan yang menjamin mujurnya kehidupan hingga tua nanti. Ya, betul tebakan di benak pembaca akan langsung mengarah pada PNS, pekerjaan yang digandrungi sejuta umat. Jaminan masa tua yang digadang-gadang menjadi tabungan penyelamat kantong keringnya itu justru menambah beban negara.

 

Dan akhirnya akan berakhir menjadi utang negara yang dibebankan untuk cucu dan cicitnya kelak. Sungguh miris generasi muda yang seharusnya berkarya dengan bebas harus diberi beban yang datangnya dari orang-orang terdahulunya. Itu hanya dampak kecil dari praktik korupsi yang mengakar di Indonesia.

 

Tidak bisa dibayangkan disaat petinggi negara mempraktikkan korupsi dengan uang bermilyar-milyar hingga trilyunan, sedangkan banyak rakyat mengais rupiah demi sesuap nasi. Padahal dengan 0,1% dari uang korupsi mereka, rakyat bisa membeli berkilo-kilo beras dengan lauk yang layak.

 

Tidak harus merasakan, cukup dengan membayangkan saja sudah merasa miris. Hati nurani mereka ada dimana, Ya Tuhan. Dengan bangganya mereka berfoya-foya di atas penderitaan rakyat.

 

Bilangnya wakil rakyat, tapi mereka mengabaikan jeritan kelaparan rakyatnya. Katanya mereka bekerja untuk rakyat, nyatanya mereka mencurangi rakyatnya. Praktik korupsi beragam macamnya, mulai dari bentuk terkecil hingga terbesar, warganet mengklasifikasikan koruptor ini dari kelas teri hingga kelas kakap.

 

Membicarakan korupsi mengingatkan bagaimana upaya pemerintah untuk memberantas keserekahan itu, ada satu sosok yang terlintas dalam benak, yang gencar dengan kegarangannya memerangi praktik korupsi. Sosok itu ialah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

 

Selama dua periode dirinya menjabat sebagai gubernur, kontribusi besarnya ia canangkan untuk berburu koruptor yang bersembunyi di banyak tempat. Sosok jangkung itu memang terkenal dengan taglinenya "mboten korupsi-mboten ngapusi", dari awal periode ia menjabat sebagai gubernur hingga saat ini.

 

Sebelum menjadi Gubernur, tagline itu merupakan prinsipnya saat mulai terjun di dunia politik. Saat dirinya duduk di kursi DPR, ia selalu ingat dengan pesan yang disampaikan oleh ibunya, "jadi DPR jangan korupsi", singkat jelas dan padat. Pesan itu dibawanya hingga saat ini.

 

Bukan hal yang mengejutkan lagi, bila saat ini Ganjar menjadi musuh bagi koruptor. Aksinya berburu tikus berdasi ini lebih leluasa ia garap semenjak periode pertamanya menjadi gubernur. Sosoknya terkenal dengan gelagat marah-marahnya saat menemukan pelaku praktik korupsi. 

 

Kemarahannya disetiap menjumpai koruptor itu berakhir menuai kritik dari beberapa pihak. Ganjar menjadi lebih kalem saat ia kembali diamanahi rakyat menjadi gubernur Jateng periode dua. Tapi kalemnya dia tidak menghentikan kegencarannya dalam memberantas para tikus-tikus berdasi.

 

Kegetolannya dalam memberantas praktik korupsi ini nyatanya membuatnya dimusuhi para birokratnya. Tak sedikit saat dirinya melakukan sidak banyak para pegawai birokrasi berkelit tentang pungutan-pungutan liar yang mereka terapkan dalam melayani rakyat.

 

Ketidaksukaannya pada budaya korupsi yang mengakar itu, membuat para penggede birokrat satu persatu menghampirinya. Diam-diam mereka mengiming-imingi Ganjar dengan segepok uang dalam amplop besar. Saking banyaknya nominal itu, bentuknya dari jauh sudah mirip batako katimbang dengan tumpukan uang.

 

Ganjar dengan lugasnya menolak uang itu, ia tidak mau membohongi rakyatnya. Dirinya tidak mau diseret dalam kubangan kotoran itu bersama mereka. Tak heran penolakan beberapa penggede birokrat itu berujung fitnah yang dilayangkan untuk Ganjar dalam kasus E-KTP.

 

Ia tidak terlalu memusingkan, ia juga tidak takut, karena memang dirinya tidak melakukan apa yang dituduhkan untuknya. Kebenaran memang akan selalu menemukan jalannya, saat diperiksa KPK Ganjar dinyatakan tidak melakukan tindak korupsi karena memang Ganjar berhasil membuktikan bahwa dirinya tidak menerima sepeserpun uang dari pembuatan E-KTP.

 

Hingga sekarang kasusnya itu masih hangat diperbincangkan di khalayak umum. Tapi dengan begitu, ia semakin giat akan aksi memusnahkan koruptor. Semata-mata bukan hanya membuktikan dirinya yang memang tidak tersangkut dengan tindak korupsi E-KTP saja, tapi ia juga tidak ingin korupsi ini menjadi penyakit yang berkepanjangan menyerang lingkungannya.

 

Tak sedikit pula, orang-orang menilainya sedang balas dendam kepada oknum-oknum yang menjebaknya tempo hari. Dari finah kasus E-KTP yang melibatkannya, banyak orang yang semakin gencar menghampirinya untuk terang-terangan menyuap.

 

Beberapa kali bahkan orang menawari barang favorit yang menjadi incarannya, Harley Davidson, moge yang tengah diliriknya kala itu. Tapi dalam penawaran para pejabat itu, ia tak tergiur, karena ia sadar dan ia tahu, hal itu adalah bentuk dari gratifikasi.

 

Tentu pemberinya memiliki motif tersembunyi dari aksinya, tidak memerlukan waktu lama Ganjar bisa membaca pikiran pemberinya. Semua hal di dunia itu tidak ada yang gratis, give and take selalu berlaku bagi pengusaha, pebisnis, bahkan pejabat negeri ini. Ganjar menjadi sangat kebal dengan gelagat penipu ulung di sekitarnya.

 

Tolakan akan hal-hal yang berbau korupsi dan gratifikasi selalu melekat dalam dirinya. Kebersihannya dalam merombak birokrasi yang bercampur dengan pungutan liar ini, mengingatkan pada Basuki Tjahya Purnama. Sosok yang kerap disapa dengan panggilan Ahok itu cerminan dari sosok Ganjar. 

 

Kegigihan keduanya dalam memerangi tindak korupsi patut diacungi jempol. Beda lagi saat gaya pemimpin Ahok dan Ganjar dinilai dari sudut pandang para penggede birokrat. Tentu mereka akan menunjukkan ketidaksukaannya dengan model pemimpin yang dijalankan Ahok dan Ganjar, karena itu akan membahayakan posisi mereka. Keduanya akan mendobrak kelakuan para bedebah itu di balik pintu birokrasi yang mereka jalankan.

 

Ganjar bisa dengan lantangnya mengatakan bahwa seseorang yang berani menolak gratifikasi dan anti tindak korupsi adalah pengganggu republik ini, maka ia akan dihabisi. Statemen itu menggambarkan posisinya saat ini, yang dianggap sebagai penganggu karena berani mendeklarasikan dirinya anti korupsi dan menolak segala macam bentuk gratifikasi.

 

Sosok berambut putih itu menantang para koruptor yang menjadi musuhnya, bahwa ia siap dihabisi, karena dirinya ingin negara ini bersih dari koruptor. Tidak mudah memang, mencabut rumput yang sudah mengakar dalam dan merambat kuat pada tanah. Upaya demi upaya terus dilakukan Ganjar untuk menjauhkan koruptor dari kehidupan rakyat.

 

Harus mulai dari hal terkecil yang memiliki dampak besar, seperti yang baru-baru ini dilakukannya, mengumpulkan bupati/walikota, ketua DPRD se-Jateng dengan menggandeng KPK dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), untuk membantu aktif mencegah korupsi.

 

Dalam penuturannya, Ganjar menyebutkan agar anti korupsi tidak hanya sekedar keluar dari dalam mulut saja, realisasinya harus diwujudkan dengan melayani masyarakat tanpa ada biaya tambahan, menghapuskan segala bentuk jual-beli jabatan, tidak ada lagi yang namanya komisi-komisi dalam pembangunan infrastruktur dan bentuk wujud lain dari korupsi dan gratifikasi.

 

Jika OTT masih ada dimana-mana, maka Ganjar juga tidak akan segan berbuat lebih jauh untuk memperketat pengawasan segala tindak-tanduk para pejabat. Itu hanya sebagian kecil yang dilakukan Ganjar Pranowo untuk memerangi korupsi di Jateng.

 

Dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat, ia tidak mungkin mblenjani janjinya kepada sang ibu, untuk selalu merasa cukup dengan yang dimilikinya saat ini, "rumah, kamu sudah punya, mobil sudah punya, keluarga juga sudah punya, apalagi, sudah tidak usah aneh-aneh". Pesan itulah yang mengantarkan langkah Ganjar untuk menjauhi keserakahan dan ketamakan. Fokusnya hanya menjadi pemimpin yang sepenuh hati mengabdikan diri untuk rakyatnya.

Nikmatul Sugiyarto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun