Mohon tunggu...
Nikmat Jujur
Nikmat Jujur Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hanya Selingan

Anak jalanan tak pernah ngecap Pendidikan.... masih belajar nulis.... sekalipun banyak Cercaan mungkinnya ... tapi aku pingin nulis selalu.... tanpa ragu.... Putera Timur Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ahok dan Kemenangan Mutlaknya di Pilgub 2017

13 Juni 2016   12:04 Diperbarui: 13 Juni 2016   12:14 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang pernah berjumpa dan berjabatan tangan secara langsung  dengan sosok Ahok, menurut saya dirinya lebih beruntung ketimbang saya yang boleh dikatakan “coret menyoret dalam rindu yang meraba”. Mengapa demikian karena kata pepatah “maksud hati memeluk gunung apa daya tangan pendek”.

Memang tak dapat dipungkiri zaman sekarang kecenderungan dari kita “lihat dulu baru percaya (Percaya Thomas). Kiranya saja hal serupa terutama bagi sebagian besar warga DKI jangan sampai terjadi. Jelas akan berdampak kurang menguntungkan bagi masa depan pembangunan DKI di masa akan datang.

Ahok memang bukan sosok yang begitu romantis dalam pengamatan saya juga kita semua mungkinnya. Tapi seburuk tak romantisnya Ahok masih tertutupi sejumlah kecakapan tertentu dirinya dengan aksi nyata pembangunan yang telah dibuatnya bagi DKI.

Banyak orang tentu mengatakan Ahok itu begini dan begitu, tapi boleh kata Monas pun tahu bagaimana posisi Ahok di hati pengagum dan pendukungnya. Ahok boleh punya banyak kekurangan tapi hal apa dulu kekurangannya? Kalau bertanya mana yang besar persentase, nilai kurang apa nilai lebih dari Ahok? Jawaban dikembalikan kepada penonton secara khusus kepada pihak-pihak yang hingga kini masih saja dengan lihainya mengatur strategi tapi bukan berarti  mahir pula memerankan dan mewujudnyatakan.

Banyak orang pasti akan bertanya “Ahok itu lebihnya apa sih? Hingga begitu fenomenal dan seakan-akan mahal dan berharga bagi bangsa ini? Intinya Ahok punya dua kelebihan mendasar yang membuat sosoknya begitu fenomenal. Pertama Ahok lebih mulutnya (suka memuluti sesama jika dirasa kurang sreg menurutnya), kedua lebih kerjanya (kerjanya lebih menonjol karena begitu nyata serta dapat  dirasakan langsung hasil dan manfaatnya).

Ahok jika diperhatikan begitu banyak dipandang sebelah mata dengan memposisikan dirinya sebagai bagian dari kaum minoritas. Lebih-lebih di kalangan politikus yang berseberangan kepentingan dengan Ahok. Entah apa kepentingan mereka yang lantas membuat begitu berseberangan benar haluan politik kenegaraan mereka dengan Ahok. Yang jadi pertanyaan apa hal demikian dapat dikatakan elit politik kita sudah matang politik memajukan bangsa dan Negara ataukah sebaliknya matangnya adalah matang dalam mengejar kepentingan lainnya? Jawaban dikembalikan pada kita sekalian yang senantiasa bertindak wasit juga pemain entah langsung ataupun tidak.

Sejuta kata boleh terangkai dan terungkap untuk menjerumuskan Ahok, tapi jadi pertanyaan apakah telah diimbangin dengan sejuta bukti nyata yang telah dipersembahkan dan dihadirkan untuk kemajuan DKI? Hal tersebut harus menjadi pertanyaan penting yang harus dijawab jika ingin terus bertempur melawan Ahok. Politik boleh dikedepankan dalam memperjuangkan nilai kepentingan partai atau kelompok, akan tetapi patut dicatat Negara butuh politik untuk mengarahkan Negara sesuai cita-cita yang diharapkan yakni “memajukan dan mensejahterakan bangsa” bukan Negara butuh sosok yang ingin memajukan dan mensejahterakan pribadi dan kelompok semata!

Ahok telah membuktikan bahwa dirinya tidak berdiri di atas satu panji tertentu, tapi dirinya mampu membuktikan bahwa dirinya hadir untuk semua warga DKI. Tidak ada yang lebih penting bagi sosok Ahok selain bagaimana Ahok berusaha dari waktu ke waktu bekerja tanpa perdulikan apa ocehan di luar bagi dirinya dalam menjalankan kepemimpinannya di DKI. Sejumlah prestasi telah diraih sebagai manifestasi dari kesetiaan dirinya dalam memberikan yang terbaik dalam menjalankan tugas sebagai kepala pemerintahan dan kepala daerah di DKI. Sebagai kepala pemerintahan Ahok berusaha memperbaiki kinerja birokrat pemerintahan yang dipimpinnya sedangkan kepala daerah Ahok berusaha menjadi Bapak yang baik bagi daerah yang menyediakan berbagai fasilitas kemudahan bagi seluruh warga DKI tanpa pandang Ras maupun golongan.

menjalankan amanat yang telah dipercayakan seluruh warga DKI dengan baik secara perlahan tanpa memikirkan dirinya masih akan diperjuangkan kelak apa tidak adalah ciri yang Nampak benar dari Ahok (dengan berusaha mengikuti kehendak barisan muda DKI/Teman Ahok). Sekalipun dirinya harus berhadapan dengan sejumlah cercaan akibat konflik kepentingan yang entah kemana arahnya karena sulit terungkap secara nyata dalam perjuangan politik sekelompok elit tertentu di DKI yang mengatasnamakan kelompok dan golongan tertentu.

Zaman telah berubah masyarakat semakin pintar menentukan pilihan politiknya. Politik bangsa ini dari waktu ke waktu bukan berjalan mundur sehingga rakyat masih bisa terus di ninabobokan dengan janji-janji manis berujung pahit. Masyarakat jelas akan menentukan pilihan politik sesuai hati nuraninya, sehingga model provokasi dan lempar menendang isu bukan lagi makhluk aneh di kalangan masyarakat. Apalagi ada oknum-oknum tertentu yang sengaja memancing di air keruh pada forum-forum khusus dengan sengaja melempar isu tak berkualitas mengundang reaksi negatif masyarakat untuk berbalik arah mengikuti semua yang bisa saja sekedar janji politik yang belum jelas terakomodir kemudian hari.

Fenomemana budaya perpolitikan di tanah air saat ini di era kehidupan masyarakat modern cenderung menjadikan Pemilu sebagi “penting milih dulu” serta “penting mikir dulu”. Sehingga para politikus saat ini sudah seharusnya sadar bahwa kini kiblat memperhitungkan peluang kantung-kantung suara pemenangan dimasa akan datang. Dengan mengatur strategi dengan baik dalam rangka memenangkan suara di lapangan  pada kedua jenis kelompok pemilih “penting milih dulu” atau “penting mikir dulu”.

Patut dicatat bahwa dalam berpolitik diera sekarang ini pola-pola lama rasanya kurang dipedulikan masyarakat pemilih. Apa itu pola lama, pola lama adalah pola-pola berpolitik cenderung “janji dulu bukti belakangan yang pasti menang dulu, bukti ora bukti jelas kami pemenangnya”. Model atau pola demikian harus diwaspadai karena rasanya telah basi di mata masyarakat saat ini. Rakyat butu sentuhan nyata bukan sentuhan janji-janji kosong tanpa realisasi.

Ahok kini harus berhadapan dengan banyak kejaran politik partai yang ingin menjatuhkan debut langkahnya menuju DKI-1 periode  selanjutnya jika dirinya masih berniat membangun Jakarta yang telah ada dalam mimpi pembangunannya. Jelasnya Ahok berani akan tetap berjuang karena dirinya masih punya mimpi tapi Ahok bukan berjuang untuk nama besarnya. Hemat pikir saya jika saja Ahok pengen mencari nama besar bukannya jadi pengusaha sukses lebih menguntungkan ketimbang memikirkan rakyat banyak yang belum tahu untung ruginya bagi diri dan keluarganya.

Ahok kini tenang-tenang mendayung dengan kerjanya, dimana sambil mendayung memancing ikan sekalipun air sungai keruh kondisinya, akibat banyak sudah nelayan lain yang merusak sungai dengan menebar tuba di hulu sungai. Ahok kini harus punya perhitungan yang begitu matang jika harus merubah strategi mengapa tidak karena mengelabui para nelayan lain yang sementara mencari ikan di kolam yang sama dengannya bukanlah hal yang mudah. Tapi yang adalah keunggulan bagi Ahok, Ahok lebih menguasai medan sungai ketimbang para nelayan lainnya. Sehingga sikap kehati-hatian Ahok dan kelompok pendukungnya sudah harus lebih dikedepankan. Sebab Ahok harus ingat mempertahankan gelar lebih sulit ketimbang merebut gelar.

Para lawan politik Ahok pun harus sadar pula bahwa membangun strategi dengan saksama dan sarat perhitungan serta pertimbangan harus benar menjadi perhatian. Mengingat Ahok bukan lawan yang mudah untuk ditundukkan karena dirinya sudah bukan kelas layang lagi tapi sudah kelas terbang. Sehingga manuver atau strategi politik Ahok cukup berkelas, dengan begitu maka lawan politik Ahok jangan asalan tapi harus begitu berhitung di atas kertas maupun di lapangan, karena jangan sampai sia-sia menjaring angin

Ahok untuk saat ini hanya sekedar mengejar kepentingan untuk kelanjutan mimpinya membangun DKI tapi kalau Ahok bermimpi tenar menjadi kepala Daerah di Ibukota sih menurut hemat saya tak ada motif tersebut di otak Ahok. Padahal kalau dipikir yang apa yang Ahok lakukan tidak terlalu berimplikasi lebih pada kemajuan diri pribadi Ahok dan keluarganya. Seandainya Ahok orang yang hany memikirkan kepentingan diri pribadi dan keluarganya ketimbangan masyarakat DKI yang bisa jadi telah lekat dan dekat di hatinya sehingga dirinya pun takut kehilangan dan segan untuk beranjak dari masyarakat DKI yang telah mendukungnya.

Ahok kini terlihat semakin mantap langkahnya untuk siap bertempur di Pilgub DKI 2017 mendatang dengan setelah kabar terakhir Golkar kembali berpihak atau memposisikan diri berjalan dengannya. Atas dasar penunjukkan kinerjanya bukan atas dasar unjuk muka atau unjuk relasi. Memang sih Ahok punya keunggulan dalam berdiplomasi tapi dalam hal ini terlihat jelas Ahok menjadi lebih unggul di mata partai besar karena keunggulannya dirinya dalam hal kinerja positif membangun DKI menjadi kota dengan sejuta inovasi pembangunan yang hasilnya cukup dapat dirasakan langsung oleh masyakat DKI dan para pengunjungnya dari luar daerah.

Beberapa indikasi semakin kuatnya posisi Ahok terlihat benar dengan Ahok semakin punya dukungan yang begitu berarti dari banyak pihak yang punya pengaruh. Sebut saja Ahok tidak asing lagi bagi sosok-sosok seperti Ketum Hanura, Nasdem, Golkar, apalagi untuk PDIP dan Gerindra yang sekalipun sekarang terlihat tenang tapi entah apa keputusan dan sikap politik dimasa akan datang. Bukannya ketika semua merapat Ahok terkesan mutlak dan hal tersebut bisa saja terjadi dan bukan tidak mungkin, kalau saja semua pemimpin partai mengarahkan pandangan positif pada upaya memajukan DKI kota milik bersama dan kota milik semua partai besar.

Sudah jelas 3 (tiga) partai besar akan merapat bersama Ahok tinggal diikuti sikap besar 2 (dua) partai besar yakni PDIP dan Gerindra maka lengkap sudah keputusan menangnya Ahok di Pilgub DKI periode selanjutnya. Harapan itulah yang mungkin sekarang sementara terus diperjuangkan Ahok dan barisannya. Kalau seperti itu terjadi maka dapat dikatakan bahwa partai politik di tanah air kini telah berubah haluan politik menjadi politik murni memperjuangkan nasib bangsa bukan memperjuangkan nasib kelompok atau golongan tertentu.

Akhirnya hidup Pilgub DKI, Hhidup PDIP, Hidup Gerindra, Hidup Golkar, Hidup Hanura dan Hidup Nasdem. Mari bersama satukan rasa dan karsa guna mengukir cita di langit Monas yang kian merona sepanjang pagi, siang, sore dan malam hari. Sekali merdeka tetap merdeka…..Hidup DKI ….HIdup Ahok ….Maju terus Ahok….jangan pernah padamkan semangatmu tuk memperindah, mempercantik, dan memperkaya Jakarta dengan PUJI dan PUJA….   

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun