Patut dicatat bahwa dalam berpolitik diera sekarang ini pola-pola lama rasanya kurang dipedulikan masyarakat pemilih. Apa itu pola lama, pola lama adalah pola-pola berpolitik cenderung “janji dulu bukti belakangan yang pasti menang dulu, bukti ora bukti jelas kami pemenangnya”. Model atau pola demikian harus diwaspadai karena rasanya telah basi di mata masyarakat saat ini. Rakyat butu sentuhan nyata bukan sentuhan janji-janji kosong tanpa realisasi.
Ahok kini harus berhadapan dengan banyak kejaran politik partai yang ingin menjatuhkan debut langkahnya menuju DKI-1 periode selanjutnya jika dirinya masih berniat membangun Jakarta yang telah ada dalam mimpi pembangunannya. Jelasnya Ahok berani akan tetap berjuang karena dirinya masih punya mimpi tapi Ahok bukan berjuang untuk nama besarnya. Hemat pikir saya jika saja Ahok pengen mencari nama besar bukannya jadi pengusaha sukses lebih menguntungkan ketimbang memikirkan rakyat banyak yang belum tahu untung ruginya bagi diri dan keluarganya.
Ahok kini tenang-tenang mendayung dengan kerjanya, dimana sambil mendayung memancing ikan sekalipun air sungai keruh kondisinya, akibat banyak sudah nelayan lain yang merusak sungai dengan menebar tuba di hulu sungai. Ahok kini harus punya perhitungan yang begitu matang jika harus merubah strategi mengapa tidak karena mengelabui para nelayan lain yang sementara mencari ikan di kolam yang sama dengannya bukanlah hal yang mudah. Tapi yang adalah keunggulan bagi Ahok, Ahok lebih menguasai medan sungai ketimbang para nelayan lainnya. Sehingga sikap kehati-hatian Ahok dan kelompok pendukungnya sudah harus lebih dikedepankan. Sebab Ahok harus ingat mempertahankan gelar lebih sulit ketimbang merebut gelar.
Para lawan politik Ahok pun harus sadar pula bahwa membangun strategi dengan saksama dan sarat perhitungan serta pertimbangan harus benar menjadi perhatian. Mengingat Ahok bukan lawan yang mudah untuk ditundukkan karena dirinya sudah bukan kelas layang lagi tapi sudah kelas terbang. Sehingga manuver atau strategi politik Ahok cukup berkelas, dengan begitu maka lawan politik Ahok jangan asalan tapi harus begitu berhitung di atas kertas maupun di lapangan, karena jangan sampai sia-sia menjaring angin
Ahok untuk saat ini hanya sekedar mengejar kepentingan untuk kelanjutan mimpinya membangun DKI tapi kalau Ahok bermimpi tenar menjadi kepala Daerah di Ibukota sih menurut hemat saya tak ada motif tersebut di otak Ahok. Padahal kalau dipikir yang apa yang Ahok lakukan tidak terlalu berimplikasi lebih pada kemajuan diri pribadi Ahok dan keluarganya. Seandainya Ahok orang yang hany memikirkan kepentingan diri pribadi dan keluarganya ketimbangan masyarakat DKI yang bisa jadi telah lekat dan dekat di hatinya sehingga dirinya pun takut kehilangan dan segan untuk beranjak dari masyarakat DKI yang telah mendukungnya.
Ahok kini terlihat semakin mantap langkahnya untuk siap bertempur di Pilgub DKI 2017 mendatang dengan setelah kabar terakhir Golkar kembali berpihak atau memposisikan diri berjalan dengannya. Atas dasar penunjukkan kinerjanya bukan atas dasar unjuk muka atau unjuk relasi. Memang sih Ahok punya keunggulan dalam berdiplomasi tapi dalam hal ini terlihat jelas Ahok menjadi lebih unggul di mata partai besar karena keunggulannya dirinya dalam hal kinerja positif membangun DKI menjadi kota dengan sejuta inovasi pembangunan yang hasilnya cukup dapat dirasakan langsung oleh masyakat DKI dan para pengunjungnya dari luar daerah.
Beberapa indikasi semakin kuatnya posisi Ahok terlihat benar dengan Ahok semakin punya dukungan yang begitu berarti dari banyak pihak yang punya pengaruh. Sebut saja Ahok tidak asing lagi bagi sosok-sosok seperti Ketum Hanura, Nasdem, Golkar, apalagi untuk PDIP dan Gerindra yang sekalipun sekarang terlihat tenang tapi entah apa keputusan dan sikap politik dimasa akan datang. Bukannya ketika semua merapat Ahok terkesan mutlak dan hal tersebut bisa saja terjadi dan bukan tidak mungkin, kalau saja semua pemimpin partai mengarahkan pandangan positif pada upaya memajukan DKI kota milik bersama dan kota milik semua partai besar.
Sudah jelas 3 (tiga) partai besar akan merapat bersama Ahok tinggal diikuti sikap besar 2 (dua) partai besar yakni PDIP dan Gerindra maka lengkap sudah keputusan menangnya Ahok di Pilgub DKI periode selanjutnya. Harapan itulah yang mungkin sekarang sementara terus diperjuangkan Ahok dan barisannya. Kalau seperti itu terjadi maka dapat dikatakan bahwa partai politik di tanah air kini telah berubah haluan politik menjadi politik murni memperjuangkan nasib bangsa bukan memperjuangkan nasib kelompok atau golongan tertentu.
Akhirnya hidup Pilgub DKI, Hhidup PDIP, Hidup Gerindra, Hidup Golkar, Hidup Hanura dan Hidup Nasdem. Mari bersama satukan rasa dan karsa guna mengukir cita di langit Monas yang kian merona sepanjang pagi, siang, sore dan malam hari. Sekali merdeka tetap merdeka…..Hidup DKI ….HIdup Ahok ….Maju terus Ahok….jangan pernah padamkan semangatmu tuk memperindah, mempercantik, dan memperkaya Jakarta dengan PUJI dan PUJA….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H