Mohon tunggu...
Nikmat Jujur
Nikmat Jujur Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hanya Selingan

Anak jalanan tak pernah ngecap Pendidikan.... masih belajar nulis.... sekalipun banyak Cercaan mungkinnya ... tapi aku pingin nulis selalu.... tanpa ragu.... Putera Timur Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi RT yang Baik Adalah Kebanggaan dan Penghargaan Kelak Masyarakatnya

26 Mei 2016   16:13 Diperbarui: 26 Mei 2016   16:18 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak tahun 2003 silam tepatnya saya berusia 31 tahun, profesi saya jelas ada sih singkat kata bergaji tetap setiap bulannya. Saya pribadi yang terbilang cuek intinya santai benar gitu boleh dibilang, urusan apapun saya tak peduli yang penting tugas saya sebagai Abdi Negara saya jalankan.

Saya terhitung pribadi yang dekat dengan masyarakat siapa saja sekalipun jarang bercerita serius tapi sekedar basa-basi saat berpapasan saya pribadi yang sangat suka itu di lingkungan saya, yang kurang lebih berpenghuni 200 lebih KK. Suatu ketika tepat di sore hari, saya pun lagi istirahat siang dengan pulasnya sepulang kerja. Kebiasaan saya kalau lagi tidur jangan pernah diganggu siapa pun kecuali yang gimana kondisinya.

Entah apa ceritanya sore itu, istri saya membangunkan saya dari tidur pulas saya, secara perlahan istri berbicara dengan nada perlahan kepada saya. Namanya orang Papua panggilan akrab suami istri biasanya Pace dan Mace, saya pun di sapa Pace katanya demikian “baru saja petugas kelurahan mendatangi rumah kita ingin bertemu kamu, katanya tolong Bapak ikut menghadiri kegiatan pemilihan RT sekitar 2 jam dari sekarang karena Bapak namanya dimasukkan Masyarakat pada pemilihan nanti ”.

Setelah mendengar perkataan istri yang demikian saya pun menjawabnya “untuk apa menanggapi mereka! Tugas pokok saya  saja nggak beres-beres malah mau jadi RT lagi, bukannya banyak orang tua yang lebih pantas dibandingkan saya, biarkan saja itu urusan meraka nggak usaha pedulilah kamunya” saya pun kembali melanjutkan tidur. Saat tidur kembali entah apa yang menggerak hati istri, istri pun  kembali membangunkan saya sampai 3 kali untuk menyampaikan hal yang sama. “masyarakat di lingkungan telah memasukkan nama kamu untuk dicalonkan menjadi RT di lingkungan” saya pun menjawab siapa yang menginginkan dan siapa menyuruh jangan peduli itu urusan mereka bukan saya.

Desakan istri terus bagi saya pribadi selama beberapa kali, bagi saya saat itu mungkin karena saya adalah pribadi yang sering mengatakan kepada istri bahwa RT kita kayaknya kurang bagus, lebih pikir dirinya sendiri bukan pikir bagaimana kesejahteraan masyarakat di lingkungan malah pikir diri sendiri setiap bantuan di libas sendiri seakan masyarakat tak tahu, kurang bagus yang demikian kata saya kepada istri. Berlatar cerita demikian ke istri mungkinnya membuat istri semakin menggugah hati saya untuk menerima kepercayaan masyarakat itu sampai membujuk benar kepada saya untuk menerima apa yang telah diusul oleh masyarakat.

Saya pribadi apa mungkin istri saya sudah mengetahui tapi berpura tak tahu atau gimana, yang jelas saat itu jujur saya benar-benar menolak karena saya juga adalah Abdi Negara yang tak mau menyibukkan diri dengan urusan lain. Memang alasan kurang kepercayaan masyarakat kepada RT mantan atas segala yang dilakukan maka mungkin saja saat itu secara diam-diam mengusulkan penggantian dan pemilihan ketua RT baru ke pihak kelurahan untuk memimpin lingkungan saat itu.

Desakan istri berulang kali serta rayuannya akhirnya sekalipun pribadi menolak benar dan tak bersedia benar tapi atas desak istri saya pun mendengarnya. Istri menyiapkan semua perlengkapan selelasi mandi saya pun menuju kantor kelurahan di damping sang istri jika saya pribadi jujur tak sudi saya. Cuman atas dasar ingin menuruti keinginan istri saya pun tiba di kantor kelurahan bersamanya. Ternyata saya sajalah yang sementara ditunggu masyarakat dan pak lurah untuk menjalankan pemelihan saat itu. Jujur saya orangnya pemalu bukan malu-maluin, jadi maklum duduknya di samping 3 kandidat lain yang semuanya tergolong orang lebih berumur dari saya, rasanya gimana terkucilnya saat itu. Tapi apa mau dikata saya cukup mendapat support dari istri, prinsipnya nyenangin hati istri sajalah, ngapain yang demikian buat repot saja sih dengan jabatan kecil aneh demikian.

Support dan Doa istri

Pemilihan pun berjalan dengan model pencoblosan saat itu, saya tenang dengan penuh rasa malu karena belum terbiasa dipilih oleh masyarakat secara langsung apalagi banyak yang memilih, sambil menghisap rokok tak bergemim dan bersuara apapun dengan kandidat lain sekalipun kami saling mengenal antara satu dan lainnya. Pencoblosan berjalan lancar tiba pada penghitungan suara, sebelum penghitungan suara istri saya yang tadinya di luar dari gedung memasuki gedung kelurahan dan bercanda sambil berkata pada saya “kamu akan terpilih jadi RT itu saya yakin kok kamu pasti bisa sekalipun kamu katakan kamu nggak bisa” sambil bercanda dengan istri biar kamu sajalah yang jadi RT bukannya kamu yang berkeinginan saya sama sekali tidak.

Setelah memberi support itu pada saya istri pun kemali ke luar gedung,  penghitungan suara pun berjalan alot kira-kira sepertiga kertas suara sudah terbuka, hasil perolehan suara tak beraturan. Saya pun berpikir alangkah baiknya jangan saya yang keluar sebagai unggulan, biarkan yang memperolehnya adalah yang lebih dianggap tua dan pantas bukan saya. Apa yang terjadi saat itu, mungkin berkat doa dan support istri serta keinginan istri agar suaminya bisa menjadi pemuka di lingkungan. Alhasil dua pertiga suara lainnya hampir mayoritas memilih saya. Jujur secara pribadi saya tak paham akan dasar apakah penilaian mereka kepada saya. Pikir saya saja saat itu apa sih yang pernah saya berikan kepada mereka, apa mungkin cuman  karena senyum saya setiap harinya kala berpapasan dengan meraka atau gimana yang jelas tak pernah saya mengerti akan kejadian seperti demikian.

Istri penopang tugas

Setelah pemilihan selesai saya jelas telah jadi RT terpilih, secara resmi acara serah terima jabatan RT dari yang lama kepada saya berlangsung 3 hari berikutnya disertai SK RT dari kelurahan. Semua telah beres saya mulai menjalankan amanat pemimpin lingkungan. Memang baru saya sadari bahwa sekalipun kita memimpin sebaik apapun bahkan hampir nyaris kita serahkan diri kita pun jadi tumbal segala permasalahan atau kepentingan masyarakat di lingkungan. Bukan tidak mungkin penilaian miring berdatangan. Padahal jujur saja periode saya terhitung banyak hal saya lakukan saat itu saya berhasil yang saya catat terkait apa yang telah saya lakukan

menghadirkan beberapa ruas jalan lingkungan, mengahdirkan fasilitas MCK dan sumur bagi warga, menghadirkan 6 unit rumah Bansos bagi para ibu janda berlatar belakang kurang/miskin tapi punya tanah dengan status jelas; Pengadaan raskin sesuai peruntukkan tanpa saya manfaatin untuk kepentingan bisnis pribadi seperti sebahagian besar RT lainnya; Setiap pengurusan bebas pungutan apapun, Segala urusan masyarakat terkait surat dari saya semua saya permudah tanpa pungutan apapun kapan saja 1 x 24 jam (stampel tanda tangan dan cap serta blangko surat keterangan apapun saya sediakan tinggal di sisi dan bawa pulang saat itu pula.  

istri saya berdayakan sebagai pengganti saya jika berhalangan saya ditemui; Semua rumah masyarakat asli papua yang berada di garis kemiskinan saat punya kesempatan saya kunjungi rumahnya sekedar bercerita sepatah dua patah kata dengan maksud sekedar mengetahui apa yang jadi tuntutan, tak pandang bulu. mencari celah pemberian bantuan bagi warga masyarakat khusus yang sedang bersekolah tapi tak mampu bisa mendapatkan bantuan langsung dari bupati maupun Dinsos saat itu. Itu semua saya lakukan karena saya merasa benar terpanggil untuk memperhatikan lingkungan saya. Serta masih banyak lagi yang sulit saya certain. Semua adalah realitas pelaksanaan kerja saya ketika sebagai pemimpin kecil RT di usia yang relatif mudah di lingkungan. Jujur saja saya sangat berbangga karena telah berbuat banyak untuk warga saya.

Dipercayakan harus berani

Pengalaman saya semasa masih menjadi RT saat itu jujur di usia yang relative muda memang tidak mudah tapi bagaimana bisa dielakkan, membuat mau ataupun tidak harus berani memunculkan siap sosok dan kepasitas diri saya sebenarnya. Karena saya terlahir dari latar belakang keluarga biasa maka saya pun lebih cenderung biasa tak enonoh dan mampu membaca apa yang menjadi kewajiban saya dalam melayani kepentingan dan aspirasi masyarakat. Membuat untuk membuktikan semua saya harus berani dalam banyak hal berani menghadapi masyarakat yang boleh kata ugal-ugalan di lingkungan, berani menghadapi pihak mana saja yang menjadi sasaran misi membantu menyukseskan apa yang menjadi rencana saya dalam membantu rakyat seperti harus berhadapan dengan pihak pemerintah maupun polisi dan tentara, pada saat ada warga yang bermasalah saya harus berani membela jika mereka benar dan pantas diperjuangkan.

Jujur saja awal keberanian itu tak pernah ada sebelumnya di dalam diri saya tapi seiring waktu semua bisa saya peroleh atas dasar dorongan dan semangat untuk ingin memberikan yang terbaik bagi lingkungan yang telah mempercayakan saya sebagai ketua lingkungan.

Tak sedikit berlebih tapi lingkungan yang saya pimpim di bagi atas tiga lokasi ada kelompok Milter karena tepat berada di kompeleks asrama AD, komplek pemukimana masyarakat non pribumi Papua juga kelompok masyarakat mayoritas pribumi Papua. Yang pasti pusat aktivitas mensejahterakan saya pada masyarakat pribumi Papua saat itu.

Panggilan bapak dan Pak RT adalah beban dan kebangaan

Saat saya menjadi RT usia saya tergolong muda mulai dari usia 31 tahu hingga 39 tahun hingga saya memutuskan untuk beralih tempat tinggal saya ke tempat atau alamat baru saya untuk menjaga karena harus mewariskan sebahagian apa yang menajdi milik orang tua saya karena saya di dalam keluarga adalah anak tertua.

Ada hikmat dan kebanggan tersendiri di dalam diri saya. Meski saya tak pernah memperoleh apapun tapi yang saya tahu adalah saya mengabdi penuh. Sebagai tambahan saja padahal jika diperhatikan gaji RT saat itu harusnya saya dapat setiap triwula atau jika terhambat dari Pemda semesteran dengan jumlah per bulan 450 ribu tapi sepeser pun jujur saya tak pernah memperdulikan dan mengambilnya.

Saya terkadang berpikir betapa tulusnya saya bekerja saat itu sampai uang dikantong saya pun terkadang saya korbankan guna kepentingan masyarakat yang saya pimpin.  Tapi jujur saja selam itupun saya tak pernah putus-putus pula diberikan banyak berkat dari mana saja terutama dalam tugas dan kerja di tempat pengabdian saya sebagai Abdi Negara. Dengan ada saja yang pasti bisa saya bawa pulang setiap dua atau tiga hari sekali,  ketika saya dipercayakan pimpinan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kecilnya.

Ada satu hal yang membuat saya terkadang menjadi berbangga sebagai seorang RT ketika setiap saatnya yang yang terhitung muda tapi karena dipercayakan sebagai pemimpin lingkungan siapapun dia yang bermukim di lingkungan mana kala saya lewat bersama istri pasti di sapa minimal pak RT atau Bapak. Kata pak RT dan bapaklah yang jujur membuat saya menjadi terbeben menjadi benar-benar bapak bagi lingkungan. Karena menurut saya bapak yang baik adalah bapak yang senantiasa memperhatikan nasib anak-anaknya. Jika anak sakit maka bapak yang merasakan itulah bapak yang baik dalam hemat pemikiran muda dan awam saat itu.

 

Perbuatan baik selalu dikenang dan dihargai

Delapan tahun sudah usia kepemimpinn saya sebagai seorang RT muda saat itu. Lingkungan RT yang saya pegang terhitung masyarakat tengah kota bukan pinggiran. Banyak sudah yang boleh saya buat memang jika saya tak harus pindah tempat tinggal karena tuntutan dan amanat penting orang tua saya saat itu saya pun masih tetap akan mendiami gubuk pribadi saya di lingkungan yang saya pimpin tapi itulah perjalan hidup akhirnya saya harus menyerahkan tugas saya kepada sesama yang lain di lingkungan.

Kata pepatah “apa yang dibuat itulah yang ditabur” jujur secara pribadi benar merasakan akan hal itu. Ketika saya tidak lagi bermukim di lingkungan yang pernah saya pimpin, sewaktu-waktu jika saya kemabli mengunjungi rumah pribadi saya yang dikontrakkan orang semua masyarakat lingkungan menyapa saya hampir di sepanjang jalan hingga ke tempat tinggal saya, mengajak ngobrol, disuruh mampir,  dibilang kok lupa lagi sama kita, dan masih banyak lagi pokok sulit saya ungkapkan.

Bahkan lebih luar biasa menurut saya banyak sudah bekas warga saya entah bekerja dikantor pemerintah, maupunpolisi dan tentara, pebisnis sekalipun ketika bertemu dengan saya cuman sapaan Pak RT masih tetap melekat sampai saat ini, cuman basa-basi saya katakan saya bukan Pak RT lagi masih dipanggil Pak RT. Jujur saja saya benar merasa tersanjung juga ketika bekas warga saya terkadang lantang memperkenalkan diri saya kepada sesame di sampingnya tau temannya ini Pak RT saya, padahal saya buka lagi RT…..Demikianlah cerita Indah dan kenangan yang tak mungkin saya lupa seumur hidup saya bahwa pernah menjadi RT yang terbaik bagi lingkungannya.  

Demikian sedikit cerita pengalaman saya ketika menjadi pemimpin kecil (RT di lingkungan) semoga apa yang say ceritakan sebagai kenyataan hidup saya ketika menjadi RT di usia muda bisa menjadi pelajaran bagi teman lainnya. Hanya satu pesan saya “berbuatlah yang terbaik sepanjang masih bisa” juga “jangan tanyakan apa yang kamu dapat tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan” karena dengan demikian kita semua akan mendapat kepuasan, kebanggaan, kenikmatan, juga banyak tanda heran yang mengherankan karena “berkat Tuhan tak tentu waktunya bisa cepat bisa juga lambat, mungkin bukan sekarang tapi besok pasti”

“Salam bahagia bersama kenangan dan kerinduan”

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun