Ketika Jepang semakin terdesak dalam Perang Pasifik, Perdana menteri Jepang Kaiso berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia untuk mendapatkan simpati yang besar pada masyarakat Indonesia, supaya memberikan bantuan pasukan yang akan dikirim ke Birma dan Kepulauan Pasifik. Mereka juga meminta bantuan kepada Kyai Wachid Hasyim agar mengerahkan para santri untuk ikut berperang, namun permintaan tersebut ditolak. Malah beliau mengatakan lebih baik para santri dididik kemiliteran untuk mempertahankan negerinya.
Permintaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya Hizbulloh (Tentara Allah), serta perintah berperang untuk menjaga agama Allah adalah wajib. Kemudian meminta persetujuan kepaai Dai Nippon untuk mendirikan Hizbullah dan usulan itupun diterima. Maka, lahirlah Hizbulloh secara resmi pada 14 Oktober 1944. Dengan dibentuknya Hizbullah menjadi sebuah kabar baik bagi umat Islam yang bisa membantu menopang beratnya perjuangan dan sekaligus menjadi kabar baik bagi Jepang yang bisa membantu pertahanan melawan Sekutu.
Untuk mengumpulkan para pemuda yang akan dijadikan sebagai relawan anggota laskar Hizbullah yang akan dididik kemiliteran tidaklah mengalami kesulitan. Bahkan dengan kesadaran diri para santri dan restu kyia dengan senang hati menjadi anggota laskar Hizbullah. Mereka diberikan pendidikan militer dan rohani.
Sebelum itu juga, Jepang mendirikan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Sebagian perwira PETA juga dijabat oleh kyai pesantren. Kemudian angota-ongota dari PETA dan Hizbullah yang banyak menjadi anggota TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang dibentuk pada 5 Oktober 1945. Selain PETA Jepang juga membentuk organisasi Sinendan, Keibodan, Fujinkai, Jawa Hokokai, dan Jibakutai.
Para ulama juga berperan penting dalam peyusunan dasar negara. Oleh karenanya, sila pertama berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemluknya". Â Walaupun para ulama memiliki peran yang besar, namun mereka juga mementingkan persatuan. Hal ini dibuktikan dengan dirubahnya sila tersebut menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa". Peubahan tersebut berdasarkan kesepakatan para ulama. Walaupun mengalami perubahan, namun konteks dari sila pertama tidak menafikan ketuhanan yang tunggal yaitu Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Ini adalah kecerdikan para ulama dalam menjaga persatuan bangsa dan menjaga agama. Mereka berhasil meletakkan dasar negara dengan nilai-nilai Islam, walaupun negara ini tidak sepenuhnya negara Islam, tetapi itulah seluruh usaha yang mereka kerahkan untuk menjaga agama-Nya dan menegakkan negaranya. Dan sampai sekarang, umat muslim bisa menghirup udara secara bebas dan tenang tanpa ada tindasan dan jajahan dari bangsa lain.
Maka pada tanggal 17 Agustus 1945 atas rahmat Allah Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka, negara yang mampu mengurusi diri sendiri. Setelah proklamasi kemerdekaan, perjuangan-pun belum berhenti. Karena selang beberapa minggu terjadi beberapa agresi militer Belanda yang ingin merebut kembali negara Indonesia. Pada saat itu, kabar tentang akan mendaratnya tentara Sekutu  yang akan menangkap tokoh-tokoh PETA, Heiho, Keibodan semakin memanas.
Pada saat itu Ir. Soekarno mengirim utusan kepada Kyai Hasyim Asy'ari untuk mengeluarkan fatwa tentang sikap masyarakat dalam menghadapi tentara NICA (Netherland Indian Civil Administration) bentukan Belanda yang akan datang ke Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu. Pada tangal 2 Oktober 1945, para ulama NU se-Jawa dan Madura menyerukan fatwa jihad fii sabilillah, Kyai Hasyim Asya'ari menyerukan hukumnya fardhu 'ain untuk membela tanah airnya yang  diserang musuh dalam jarak 94 kilometer. Maka, ketika meletus peristiwa bersejarah 10 November 1945. Para pemuda, umat muslim, para santri, arek-arek Suroboya dan rakyat Indonesia berkobar semangatnya untuk datang berjihad dan berperang melawan Tentara Inggis yang berjumlah 30.000 menggunakan senjata apa adanya, beserta semboyan yang mengiringi mereka "Merdeka atau mati syahid".
Itulah perjuangan para ulama, pemuda, dan rakyat Indonesia untuk menegakkan dan mempertahankan negara ini. Banyak masa-masa sulit yang mereka hadapi dalam perjuangan yang tidak kita alami saat ini. Maka bersyukurlah dengan melakukan hal yang baik dan bermanfaat sebagai wujud rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh Sang Pemberi. Karena orang yang tidak bersyukur kepada Allah itu adalah orang yang tidak bersyukur kepada manusia. Â Maka wujud dari rasa syukur kita kepada para pejuang adalah dengan peringatan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia di tengah pandemi dengan mengenal sejarah perjalanan perjuangan kemerdekaan ini. Karena pengetahuan akan sejarah adalah hal yang sangat penting, layaknya seseorang tidak akan berbakti kepada ibunya tatkala ia tak mengetahui sejarah kelahirannya, layaknya sesorang yang tak mau menjaga rumahnya tatkala tak mengetahui sejarah pembangunanya. Begitupun dengan bangsa ini, tatkala hilang sejarahnya dalam hati generasi, maka tak akan ada perjuangan untuk berbakti pada negeri.
Referensi :
http://repositori.kemdikbud.go.id/4876/1/Buku%20KH%20Hasyim%20Asyari.pdf
http://repository.unissula.ac.id/13593/5/BabI.pdf