Mohon tunggu...
Nikmah Mahanani
Nikmah Mahanani Mohon Tunggu... Guru - Alur takdir berjalan seiring rotasi waktu. Daya juang diri diuji peluh berkucur beri pengalaman diri.Mencerdaskan diri bersosialisasi mengenali karakter pribadi untuk lebih mawas diri dapatkan ridho Illahi.

Saya Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Tulungagung. Yang sedang mengembangkan diri untuk menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Filosofi Among Sang Penuntun

5 April 2022   13:55 Diperbarui: 5 April 2022   16:58 6205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fakta bahwa murid memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka  akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Ada praktik pembelajaran yang bisa  merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid dan guru  secara konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Kebutuhan belajar  mencakup kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa.  

Pembelajaran berdiferensiasi dapat diartikan sebagai serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan yang dibuat berterkait dengan kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Guru dan murid memerlukan kejelasan tujuan pembelajaran. Hal ini selaras dengan paradigma coaching sebagai mitra belajar mitra belajar yang memberikan perspektif keselarasan dalam berinteraksi dan relasi yang apresiatif yaitu melatih cara berpikir dalam  proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar.

Selain itu untuk guru dalam menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya akan menyesuaikan rencana pembelajaran dengan menggunakan sumber yang berbeda, cara berbeda dan penugasan serta penilaian yang berbeda. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar. Memanajemen kelas yang efektif dengan menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang fleksibel dengan struktur yang jelas sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang  berbeda-beda  kelas tetap dapat berjalan secara efektif. Dan hal yang dilakukan adalah melakukan penilaian berkelanjutan.

Penilaian berkelanjutan seiring dengan pelaksanaan supervisi akademik. Supervisi akademik  dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Berkaitan dengan peningkatan performa pembelajaran tercantum juga dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan, bagian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan berikut Pasal 14 ayat (1) bahwa dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran selain dilaksanakan oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 yang dapat dilaksanakan oleh sesama pendidik;kepala Satuan Pendidikan; dan/atau dan Peserta Didik.

Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi akademik. Kualitas guru diasumsikan  berkembang seiring  peningkatan motivasi atau komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru. Ada dua paradigma utama  menjadi landasan menjalankan proses supervisi akademik  memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi  berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik. Dengan prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi kemitraan, konstruktif, terencana, reflektif, objektif , berkesinambungan dan komprehensif.

Strategi pembelajaran lain yang berpusat pada murid  adalah pembelajaran sosial emosional yaitu pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah.  Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pendidikan adalah proses menuntun yang menjadikan  pembelajaran budi pekerti sebagai dasar dari pendidikan. Pembelajaran budi pekerti (karakter) adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.

Pembelajaran Sosial Emosional dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Saat kompetensi sosial dan emosional murid berkembang, maka aspek akademik mereka pun berkembang. Mengabaikan perkembangan sosial dan emosional, akan berdampak buruk bagi akademik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun