Mohon tunggu...
Nikita Octaviani
Nikita Octaviani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Unair

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Skincare Abal-Abal dan Produk Non-BPOM: Tren Berbahaya di Balik Kilauan Industri Kecantikan

1 Juni 2024   21:02 Diperbarui: 1 Juni 2024   21:15 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Dalam era di mana penampilan sering kali dianggap sebagai penanda identitas dan kesuksesan, industri kecantikan telah menjadi pusat perhatian yang tak terelakkan. Setiap tahunnya, pasar kecantikan global terus berkembang pesat, dipenuhi dengan berbagai produk yang menawarkan janji untuk meningkatkan penampilan dan kesehatan kulit.

     Namun, di balik kilauan glamour dan janji kecantikan instan, muncul sebuah tren yang semakin meresahkan: penggunaan skincare abal-abal dan produk non-BPOM. Skincare abal-abal, atau yang lebih dikenal sebagai produk palsu, dan produk yang tidak memiliki izin BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) menjadi pilihan bagi sebagian besar konsumen, meskipun menyimpan risiko yang besar bagi kesehatan kulit dan tubuh mereka.

     Pertanyaannya adalah, mengapa begitu banyak orang memilih untuk mempertaruhkan kesehatan kulit mereka dengan menggunakan produk skincare yang tidak terjamin keamanannya? Jawabannya melibatkan sejumlah faktor kompleks yang akan diuraikan di bawah ini.

1. Kurangnya Pemahaman tentang Bahan Kimia Berbahaya

Salah satu alasan utama mengapa banyak orang memilih skincare abal-abal dan non-BPOM adalah kurangnya pemahaman tentang bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya. Banyak konsumen tidak menyadari potensi bahaya dari penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti merkuri, hidrokuinon, atau steroid dalam produk skincare ilegal. Kekurangan pemahaman tentang risiko kesehatan jangka panjang dari penggunaan bahan-bahan ini dapat menyebabkan konsumen cenderung memilih produk yang lebih murah dan mudah diakses tanpa mempertimbangkan risiko yang terlibat.

2. Harga yang Terjangkau dan Akses Mudah

            Skincare abal-abal sering kali ditawarkan dengan harga yang jauh lebih murah daripada produk yang telah terdaftar di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) atau berlabel resmi. Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi konsumen yang mencari solusi perawatan kulit yang ekonomis. Selain itu, produk ilegal juga seringkali lebih mudah diakses melalui berbagai saluran distribusi, termasuk online marketplace yang tidak selalu mengawasi keamanan produk dengan cermat.

3. Janji Hasil Cepat dan Maksimal

             Skincare abal-abal sering kali dipasarkan dengan janji hasil yang cepat dan maksimal, seperti pemutihan kulit dalam waktu singkat atau penghilangan jerawat secara instan. Janji-janji semacam ini dapat menggoda konsumen yang mencari solusi instan untuk masalah kulit mereka tanpa memperhatikan potensi risiko yang terlibat. Ketika konsumen terpengaruh oleh janji-janji tersebut, mereka cenderung untuk mengabaikan aspek keamanan dan legalitas produk.

             Industri kecantikan telah menjadi magnet bagi banyak orang yang ingin meningkatkan penampilan dan merawat kulit mereka. Janji akan hasil yang cepat dan maksimal seringkali menjadi daya tarik utama dari berbagai produk skincare dan perawatan kecantikan yang ditawarkan. Namun, seberapa realistis janji-janji tersebut? Apakah hasil cepat dan maksimal benar-benar dapat dicapai, ataukah mereka hanyalah mitos yang menyesatkan?

           Dengan demikian, meskipun janji hasil cepat dan maksimal dalam industri kecantikan mungkin menarik, penting bagi konsumen untuk memahami bahwa perawatan kulit yang sehat dan berkelanjutan membutuhkan waktu dan konsistensi. Dengan pendekatan yang tepat dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan kulit individu, konsumen dapat mencapai hasil yang optimal tanpa harus terjebak dalam mitos janji hasil instan yang tidak realistis.

4. Tingginya Pengaruh Media Sosial dan Endorsement

            Pengaruh media sosial dan endorsement dari selebriti atau influencer juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih skincare abal-abal dan non-BPOM. Ketika produk ilegal dipromosikan oleh tokoh-tokoh yang diidolakan di media sosial, konsumen cenderung percaya bahwa produk tersebut efektif dan aman tanpa melakukan penelitian lebih lanjut tentang keamanan dan legalitasnya.

           Faktor-faktor kompleks seperti tekanan sosial untuk memiliki penampilan yang sempurna, kurangnya pemahaman tentang risiko yang terlibat, serta aksesibilitas dan harga produk, semuanya berkontribusi pada fenomena ini. Banyak orang memilih untuk mempertaruhkan kesehatan kulit mereka dengan menggunakan produk skincare yang tidak terjamin keamanannya karena alasan-alasan ini.

           Namun, penting untuk menyadari bahwa penggunaan skincare abal-abal dan non-BPOM tidak hanya menimbulkan risiko bagi kesehatan kulit dan tubuh, tetapi juga dapat memiliki dampak negatif jangka panjang. Oleh karena itu, langkah-langkah preventif perlu diambil oleh individu dan masyarakat secara keseluruhan untuk melindungi diri mereka dari dampak negatif yang mungkin timbul akibat penggunaan produk skincare yang tidak terjamin keamanannya. 

Ini termasuk meningkatkan kesadaran akan risiko, mengutamakan keamanan dan keandalan produk, serta memilih produk dari produsen yang terpercaya dan memiliki izin resmi dari BPOM. Dengan demikian, upaya bersama dapat dilakukan untuk mengurangi fenomena penggunaan skincare abal-abal dan produk non-BPOM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun