Di pelupuk yang memeluk
Setumpuk rindu beradu menerjang gemuruh
Pada tiap hati yang kian terasa pilu
Bisakah sejenak seakan bisu
Agar dalih yang kian menumpuk, tak luput tergerus
Di pelupuk yang berserah
Aku mengadu pada desah yang semakin renyah
Aku terhanyut pada letak yang berikan bungah
Dan pada tiap usaha yang terasa semakin payah
Palungku makin lama makin menyerah pada  siksa yang sengaja dicipta
Manusia pelebur sekaligus pelipur asa
Pada jiwa nyata yang mencipta, hanyutku pada rupa laksana sihir yang mendekap paksa
Betapapun menginginkan untuk sudahi, namun seperti tak peduli
Ingin segera diakhiri, tapi diri memasung kelabui sendiri
Hingga pura-pura pergi, berusaha agar tak diikuti untuk kesekian kali
dan bertemulah aku dengan pandemi