Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Money

Janji Asuransi Bumi Putera Lagi

8 Juli 2024   15:06 Diperbarui: 8 Juli 2024   15:38 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

 Asuransi! Adakah yang punya pengalaman manis atau pahit tentang keikutsertaan dalam asuransi. Apa itu asuransi dan hal-hal apa yang kita dapat ketika kita ikut didalamnya?

 Pada dasarnya asuransi merupakan perjanjian antara pihak asuransi sebagai penanggung dan nasabah sebagai tertanggung. Dalam asuransi, penanggung memberikan pertanggungan atau penggantian apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak tertanggung atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Singkatnya, perusahaan asuransi memberikan penggantian kepada nasabah jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Sementara itu, nasabah sebagai tertanggung juga harus melaksanakan kewajibannya, yakni membayar iuran premi asuransi sesuai perjanjian.

Dalam pengertian di atas sudah sangat jelas hak dan kewajiban masing-masing pihak. Antara asuransi dan nasabah. Namun demikian dalam beberapa kasus yang seringkali terjadi adalah nasabah yang dirugikan. Salah satu contoh yang masih saja ramai adalah kasus asuransi Bumi Putera.

Saya mendaftarkan ketiga anak saya dalam salah satu program asuransi bumi Putera yaitu Asuransi Pendidikan. Anak pertama berhasil dengan baik dan seluruh manfaat saya dapatkan tuntas. Nah, asuransi milik anak ke 2 mulailah bermasalah. Ketika tiba waktu pencairan dan waktu itu bertepatan dengan masuknya dia Perguruan Tinggi. Ternyata Bumi Putera sedang kolabs.

Du buah asuransi pun tidak jelas nasibnya. Yang satu yang sudah habis premi, yang satu masih separuh jalan. Dua-duanya TIDAK BISA DICAIRKAN. Koq bisa begitu, ya karena tidak ada uangnya.

Saya sudah melalui beberapa kali kunjungan dan penanganan dari pihak asuransi BP. Mulai dari mendaftar untuk ambil antren pencairan, kemudian penjadwalan pencairan, dan akhirnya tetap tidak cair.

Hari ini ada babak baru yaitu pencairan sebagian dari dana saya. Ini kabar baik tentunya. Kami akan menerima seperempat dari dana manfaat dengan cara membayar Rp 250.000. Uang ini sebagai premi asuransi jiwa bagi kami sekeluarga. Begitu kata petugasnya.

Dana akan secara otomatis cair pada bulan oktober 2024. Itu janji yang diberikan manajemen melalui karyawannya. Jika setuju maka kami harus membayar secara tunai premi asuransi tersebut dan menunggu beberapa bulan ke depan.

Saya pribadi sudah merasa capek berharap. Segala keputusan yang dikabarkan menejemen Bumi Putera tidak sepenuhnya saya masukkan ke dalam alur pikiran. Mengapa? Takut kecewa karena terlalu dalam berharap.

Melihat petugas front office atau karyawan Bumi Putera cabang Kota Pasuruan, saya merasa kasihan. Saya tahu, mas nya itu baru sekitar satu tahun bekerja di situ. Karena waktu saya berkunjung untuk mendapat nomor antrean dia baru masuk.

Wajahnya terlihat lelah meski selalu berusaha tersenyum.

"Yang sabar mas, pasti nasabahnya banyak yang kesel ya?"

"Iya ibu. Saya tidak pernah merasa kecewa atau terbeban menghadapi nasabah, bu. Karena saya paham betul yang dirasakan."

"Saya justru kecewa dengan menejemen yang selalu mengeluarkan kebijakan namun seringkali tidak terealisasi."

Memang benar yang dikatakan. Para petinggi Bumi Putera mungkin tidak pernah menghadapi kemarahan, kejengkelan, tangisan histeris bahkan mungkin ada yang sampai pingsan, ketika mengetahui dana yang dikumpulkan sedikit demi sedikit tak tahu rimbanya. Mereka yang ada di depan lah yang merasakan, menghadapi bahkan harus dengan tetap tersenyum.

Bisakah kita berharap kepada pemerintah untuk membantu menyelesaikan masalah Asuransi Jiwa Bumi Putera dan yang tak kalah penting menelusuri pihak-pihak yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun