Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Angkatan Tanpa Perpisahan

2 April 2020   11:35 Diperbarui: 2 April 2020   11:47 8288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Video berdurasi 2 menit itu itu bertajuk ANGKATAN 2020. Suara pengiringnya sekaligur sang kreator tertulis disitu VANNDA REYNALDI. Video yang diupload 4 hari lalu itu berkisah tentang hiruk pikuk peristiwa yang dialami angkatan 2020. 

Ketika membukanya, belum juga selesai menonton, tanganku sudah memencet tombol pause. Tak terasa air mata ini meleleh. Benar-benar membekas di hati. Sebagai seorang guru dan kebetulan memiliki anak yang mengalami peristiwa itu, merasakan betul kepiluan mereka. 

Narasi yang menurut saya adalah sebuah puisi pendek dari sang kreator sangat indah dan menyayat, mari kita simak kata demi kata yang dipilhnya.

ANGKATAN 2020

Angkatan 2020 adalah angkatan pertama yang lulus tanpa UN

Bertemu dengan pelukan, berpisah tanpa berjabat tangan

Angkatan kita akan menjadi angkatan pertama yang penuh cerita

Dimana ...

disaat segalanya sudah direncanakan dengan rapi

Disusun sedemikian rupa

namun tidak terlaksana

Hilang begitu saja

Kita adalah angkatan pertama,

yang lulus tanpa Ujian Negara

Ijasah kita merupakan ijasah pertama,

yang nilainya diambil dari raport semester

Kita usai sebelum waktunya,

dan kita istirahat bukan pada jamnya

Kita berpisah dengan teman-teman dan guru

tanpa adanya perpisahan

yang sedang kita alami ini

adalah cobaan yang telah diberikan untuk kita

Yakinlah ....

ini terjadi agar terbentuk generasi yang 

lebih baik dan lebih tegar

Cobaan ini datang pada kita

karena Tuhan tahu

bahwa angkatan 2020 adalah generasi terkuat

Yakinlah ....

semua kan indah pada waktunya

semangat dan sukses ANGKATAN 2020

Puisi yang dibaca dengan suara sendu itu diiringi sayup-sayup alunan lagu Endang Soekamti yang berjudul SAMPAI JUMPA, meskipun versi yang berbeda. Pilihan lagu yang sesuai dengan suasana yang diciptakan dalam puisi itu. 

Pilihan kata yang sebenarnya sangat sederhana  menjadi sebuah tautan yang mampu membuat penikmat video tersebut turut merasakan apa yang dialami oleh anak-anak ANGKATAN 2020. 

Bagaimana tidak turut merasakan? Kata-kata awal yang sebenarnya bagi sebagian anak menggembirakan. TANPA UN. Namun adakah yang bisa melihat kerja keras anak-anak tersebut menyambut masa-masa akhir sekolah mereka?

Anak-anak itu tidak dengan tenang menikmati libur akhir semester ketika naik ke kelas 12. Mereka sudah sibuk mencari les sana sini sebagai persiapan Ujian Nasional dan juga bersiap berebut bangku kuliah yang akan mereka tuju. 

Bahkan ada yang berani membayar mahal agar mampu menembus universitas yang mereka idamkan. Sebagian dari mereka bahkan sudah mempersiapkan diri dari awal masuk bangku putih abu-abu.

Keterkejutan pertama yang mereka terima adalah perbedaan teknik tes masuk perguruan tinggi. Angkatan ini adalah angkatan pertama yang hanya boleh memilih satu jenis jurusan, SAINTEK ( Saint dan Teknologi/IPA) ATAU SOSHUM (Sosial Humaniora/IPS). 

Angkatan tahun 2019 masih boleh memilih Saintek dan Soshum dalam satu tes masuk perguruan tinggi negeri. Angkatan ini harus menelan pil pahit dengan keputusan baru itu. Keputusan yang sebenarnya sangat adil terutama bagi anak-anak jurusan sosial dan  bahasa. Jadi sekarang anak Saintek yang ingin mengambil jurusan soshum harus belajar ilmu-ilmu sosial budaya. 

Keterkejutan kedua adalah jadwal UN yang awalnya mundur dan akhirnya ditiadakan. Tahukah anda bahwa banyak orang tua yang sudah mengeluarkan uang jutaan untuk menyiapkan anak-anaknya agar mampu berhasil baik di UN, ternyata UN dibatalkan. Pilihan kata HILANG BEGITU SAJA, menggambarkan persiapan yang sudah dilakukan oleh murid, guru, orang tua dan pemerintah tidak main-main. Persiapan berbulan-bulan  itu lenyap begitu saja. Mereka memang akhirnya lulus hanya dengan nilai raport.

Keterkejutan berikutnya adalah hal yang jelas menyertai kejadian di atas. wabah ini belum bisa jelas kapan berakhirnya. Maka sangatlah mungkin bahwa ANGKATAN 2020 tidak akan menikmati yang namanya perpisahan. Kata-kata yang dipilih penulis sangat tajam menusuk perasaan...

Usai sebelum waktunya, istirahat bukan pada jamnya, berpisah tanpa perpisahan ....

Jikan ANDA saat ini menjadi orang tua dari seorang anak yang masuk ANGKATAN 2020 pasti merasakah. Ada yang mendadak LENYAP. Pasti anda mengalami beberapa kali pertemuan walimurid dan sekolah membicarakan tentang hal itu. Perpisahan di mana? Bagaimana acaranya. berapa biayanya? 

Ah, semua sudah berjalan dengan rapi dan tertata, namun kini belum tahu endingnya. Bahkan mungkin harus rela ditiadakan juga. Masa-masa terakhir anak-anak tidak diakhiri dengan sebuah acara perpisahan.

Hari-hari seperti ini, bisanya mereka malas pulang ke rumah. Mereka lebih sering menghabiskan waktu di kelas bersama teman-teman yang selama 3 tahun ini menjadi keluarganya di sekolah. Itupun tidak bisa mereka lakukan karena aturan STAY AT HOME. benar-benar usai sebelum waktunya dan istirahat bukan pada jamnya.

Jika anda pernah menjadi murid putih abu-abu pasti bisa merasakan bahwa puisi ANGKATAN 2020 sangat dalam menggambarkan suasana hati mereka.  Mereka akhirnya bercanda lewat media sosial, tanpa bisa bergelak bersama. Tidak lagi berkesempatan makan bakso atau siomay rame-rame sepulang sekolah lengkap dengan putih abu-abu mereka. Seragam kebanggaan itupun harus pensiun sebelum waktunya. Entahlah apa masih akan dipakai lagi ketika mereka mengambil ijsash atau saat mereka berkunjung ke sekolah untuk cap tiga jari.

Ending puisi itu selain menyemangati anak-anak ANGKATAN 2020 juga berhasil menyemangati para guru. Mereka telah bekerja keras menyiapkan materi dengan pelajaran tambahan, dengan perhatian lebih. Mereka harus mengecek persiapan Ujian Nasional Berbasis Komputer sampai 100%. Ketika semua ready datanglah berita mengejutkan itu. UN ditiadakan.

Pasti ada hikmah dibalik semua ini. Penulis memilih kata-kata penyemangat pada akhir puisinya. Angkatan 2020 adalah generasi terkuat. semua akan indah pada waktunya.

Wow, tayangan yang sangat keren dan kreatif, Mampu mengharu biru WAG keluarga yang kebetulan memiliki anak-anak yang termasuk angkatan 2020. Satu pesan untuk anak-anakku Angkatan 2020, nikmati masa-mu. Tuhan memberkati langkah kalian berikutnya ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun