Kalau hanya menambah wawasan bisa dengan berbagai macam cara, misalnya main ke museum di sekitar tempat tinggal juga bisa buat belajar dan menambah wawasan.
Study tour tuh hanya salah satu cara untuk menambah wawasan saja, bukan all in ya. Jadi tidak seharusnya diwajibkan.Â
Bahkan, ada seorang teman yang bilang study tour itu study-nya hanya sekian persen, yang paling banyak porsinya justru tour-nya. Ya kalo mau tour ikut open trip aja.Â
Yuk Belajar dari Kecelakaan Maut di Subang
Kegiatan study tour ke kota lain menggunakan bus sudah seharusnya menjadi evaluasi dari berbagai pihak seperti Kemenhub yang harus meneggakkan aturan tentang operasional bus dengan setegak-tegaknya demi mengutamakan keselamatan pengguna transportasi tersebut.Â
Kemudian, PO Bus bertanggung jawab dengan kelayakan kendaraan yang mereka sediakan, tidak asal bus bisa jalan doang tapi benar-benar dirawat dan layak beroperasional.Â
Selain itu, pihak sekolah tidak perlu memaksakan study tour kepada siswa, mengkaji ulang manfaat study tour dan benar-benar dipersiapkan dengan matang. Aku tidak menuntut guru bisa uji kelayakan bus lho ya, kan ada Kemenhub yang seharusnya bertanggung jawab tentang hal tersebut. Tetapi setidaknya pihak sekolah mempersiapkan semuanya dengan matang-matang, tidak mengikuti keinginan segelintir pihak yang sangat menginginkan study tour.
Terakhir untuk kita semua, tidak perlu menjadikan study tour sebagai ajang gengsi, ajang kekompakan dan memaksakan keinginan kepada orang lain karena tidak semua orang ada di tingkat ekonomi yang sama, yang uangnya bisa membeli "kekompakan" di mata orang lain. Mau ikut study tour monggo silahkan, tidak ikut study tour juga tidak apa-apa, tapi tidak perlu dikucilkan karena beda pendapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H