Belum lama ini, aku menikmati keindahan alam pulau Flores secara virtual. Keindahan alam, keberagaman flora dan fauna memang menjadi daya tarik utama pulau Flores bagi wisatawan. Mendengar nama pulau Flores, rasanya mengingat kembali seorang teman saat kuliah. Dia pernah bercerita mengenai alasannya masuk sekolah tinggi kesehatan, yaitu karena jumlah tenaga medis tidak memadai di desanya. Hal ini mendorongnya untuk menimba ilmu kesehatan jauh sampai ke Jogja. "Disana transportasi juga belum memadai, kesehatan jadi barang mahal Kak", tambahnya.
Berkenalan Dengan Masetus Balawala, Pencetus Ambulans Motor dari Larantuka
Adalah seorang Mansetus Balawala, pencetus ambulans motor dari Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Meskipun tidak bersekolah di bidang kesehatan , namun Mans peduli dengan masalah kesehatan. Idenya yang sederhana, ternyata bisa menyelamatkan banyak nyawa. Ambulans motor dapat memotong jarak, mendekatkan petugas medis kepada warga yang membutuhkan pertolongan.
Mans tidak lahir di Larantuka, dia lahir pada tanggal 5 Januari 1976 di Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Namun perjalanan hidupnya berlabuh di Serambi Vatikan sampai sekarang. Sebelum tinggal di Larantuka, sarjana hukum lulusan universitas Nusa Cendana Kupang ini sempat bekerja menjadi jurnalis. Pada tahun 2000-an, ia meliput forum diskusi tenaga kesehatan dan penyuluhan KB di Flores Timur.Â
Nah dari sinilah ia tau bahwa angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Flores Timur tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan pertolongan medis pada kasus-kasus emergensi tidak dapat tertangani dengan cepat sehingga banyak nyawa melayang. Petugas medis dan warga sama-sama kesulitan untuk berada dalam jangkauan dan waktu yang tepat.
Kebulatan Tekad Mansetus
Mans kemudian mengingat kejadian di masa kecilnya, dimana wabah diare melanda desa bahkan sampai merenggut nyawa. Bukan karena tidak ada obat diare, tapi akses pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau dengan cepat. Kombinasi pengalaman hidup dan kenyataan di depan mata inilah yang membulatkan tekad Mansetus untuk mendirikan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) pada tahun 2002. Ia menyulap rumahnya menjadi kantor YKS dan menghadirkan ambulans motor. Ambulans motor dirasa lebih fleksibel untuk menjangkau desa-desa di kabupaten Flores Timur.
Kesulitan Warga Mengakses Kesehatan
Sebenarnya bentang alam Flores Timur cenderung rata, didominasi oleh padang savana dan hanya terdapat sedikit bukit. Namun kondisi jalan berlubang ada di banyak tempat. Jalan disana hanya dikeraskan oleh bebatuan yang membuatnya berdebu saat kemarau dan berlumpur saat hujan tiba. Keadaaan inilah yang membuat transportasi terasa sulit, sehingga Mans bertekad menghadirkan ambulans motor.
Ketika menginjakkan kaki di Flores Timur pada tahun 2002, jangan dibayangkan ada bus medium ya. Disana hanya ada truk yang disulap menjadi alat transportasi warga ke pasar, yang beroperasi satu minggu sekali pada hari pasar saja. Sementara itu, memiliki motor adalah sesuatu yang langka bagi penduduk. Kalaupun ada ojek motor, harganya tidak ramah di kantong dan akan lebih mahal dari biaya berobat ke fasilitas kesehatan.
Kombinasi infrastruktur yang buruk dengan alat transportasi yang belum memadai, membuat warga pedesaan Flores Timur kesulitan menjangkau fasilitas kesehatan dengan cepat. Sebaliknya, petugas medis pun sulit untuk memberikan pertolongan kepada warga yang sakit. Bahkan menurut Mans saat itu puskesmas hanya ada di ibukota kecamatan dan rumah sakit umum hanya ada satu di ibukota kabupaten. Jika ada keadaan emergency terutama ibu hamil, akan sulit sekali menjangkau layanan kesehatan. Kenyataan inilah yang membuat hati Mans tersentuh untuk menghadirkan ambulans motor.
Perjalanan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS)