Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur, Menelusuri Jejak Persaudaraan Antar Bangsa Melalui Musik

2 Juli 2021   08:50 Diperbarui: 2 Juli 2021   11:20 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musisi Dewa Budjana sedang memainkan alat musik. Dok: Riana Dewie

Candi Borobudur, warisan leluhur yang dikenal mendunia, bukan hanya sebuah death monument atau background foto yang dipajang di media sosial. Candi Borobudur adalah mahakarya leluhur yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai luhur. 

Candi yang dibangun oleh Dinasti Syailendra 13 abad silam ini memiliki 1460 panel relief cerita dan 1212 panel relief dekoratif. Selain itu terdapat 226 relief alat musik, yang dipahat dalam 40 panel dan menampilkan 40 jenis alat musik. 

Sejauh ini tidak ada situs lain yang menampilkan relief alat musik sebanyak di Borobudur, jadi bisa dikatakan Borobudur saat itu menjadi titik temu lintas bangsa dan budaya, bahkan sangat mungkin Borobudur pusat musik dunia.

Borobudur Memanggil

Musisi Dewa Budjana sedang memainkan alat musik. Dok: Riana Dewie
Musisi Dewa Budjana sedang memainkan alat musik. Dok: Riana Dewie
Berawal dari penemuan dua panel relief "Mahakarmawhibangga" yang terletak di teras candi yang melukiskan bermacam-macam instrument musik, para musisi kemudian merasa terpanggil untuk membunyikan kembali alat musik tersebut melalui Sound of Borobudur. Sebuah panggilan jiwa, gerakan untuk mencintai dan berkontribusi terhadap mahakarya leluhur.

Dalam perjalanannya, Sound of Borobudur telah berhasil merekonstruksi 18 instrumen dawai kayu, 5 instrumen berbahan gerabah dan 1 buah instrument idiophone berbahan besi. Dengan modal awal beberapa alat musik tersebut, pembuatan video klip Sound of Borobudur dilakukan dan dijadikan alat "panggil" Borobudur ke penjuru dunia. 

Tak disangka ternyata 11 negara menjawab panggilan itu dengan mengirimkan berbagai dokumen baik audio maupun video bermain alat musik. Kesebelas negara tersebut diantaranya, Taiwan, Spanyol, Amerika Serikat, Filipina, Laos, Myanmar, Jepang dan China.

Konferensi Internasional Sound of Borobudur

Menparekraf Sandiaga Uno menghadiri konferensi Internasional Sound of Borobudur. Dok: Ang Tek Khun
Menparekraf Sandiaga Uno menghadiri konferensi Internasional Sound of Borobudur. Dok: Ang Tek Khun
Konferensi Internasional Sound of Borobudur yang mengusung tema "Music Over Nation : Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik" dilaksanakan pada 24 Juni 2021 di Magelang, Jawa Tengah dan dapat diikuti secara daring. Konferensi internasional ini diselenggarakan berkat kerjasama antara Kemenparekraf, Yayasan Padma Sada Svargantara dan Kompas Group.

Dalam sambutannya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengatakan bahwa Borobudur memiliki 1460 relief yang sarat akan makna. 

Dalam relief tersebut digambarkan bahwa masyarakat Jawa Kuno sudah mengenal berbagai macam seni pertunjukkan  termasuk musik yang digunakan pada kegiatan ritual upacara, budaya, komunikasi dan bahkan media diplomasi.

"Ini adalah saat yang tepat untuk menggali sumber pengetahuan dari Candi Borobudur yang menggaungkan nilai-nilai universal yang terdapat pada reliefnya. Ternyata nilai toleransi, menghargai keberagaman, persahabatan antar bangsa telah dijunjung leluhur kita. Kita perlu belajar dari sini," tegas Sandiaga Uno dalam pidato sambutannya.

Sementara itu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang hadir secara daring berharap bahwa pentas seni yang berisi kolaborasi para musisi untuk membunyikan kembali alat musik yang terpahat dalam relief candi Borobudur segera terwujud.

Ganjar Pranowo juga menambahkan bahwa pentas seni tersebut dapat menjadi cerita yang menarik, yang dapat disebarkan lewat media sehingga menjadi konsumsi publik. Nah dari konsumsi publik inilah kemudian dapat menegaskan bahwa sejarah bermusik juga berawal dari Borobudur. Bahkan beliau juga menyatakan dukungannya agar Borobudur menjadi pusat kesenian dunia dan tidak menutup kemungkinan tarian-tarian yang terpahat di relief candi bisa dipentaskan kembali sehingga menambah daya tarik kawasan Borobudur.

Selain itu menurut pengampu utama Yayasan Padma Sada Svargantara, Purwa Tjaraka, sudah waktunya peradaban mengenai Borobudur ini diperkenalkan sebagai aset bangsa yang membanggakan sekaligus memberi pelajaran bahwa bangsa kita dulu pernah berkumpul, bersatu, bermain musik bersama dengan penuh toleransi.

"Musik tidak memilah-milah suku atau agama. Semua suku bangsa di dunia ini menjadikan musik sebagai kebutuhan hidup yang terus bersatu dengan jiwa dan raga," ujar Purwa Tjaraka dalam sambutannya secara daring. Purwa Tjaraka juga berharap bahwa Sound of Borobudur dapat menjadi identitas Borobudur dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Merangkai Kembali Hubungan Antar Bangsa Melalui Musik

Salah satu alat musik Sound of Borobudur, seperti pada relief candi Borobudur. Dok: Riana Dewie
Salah satu alat musik Sound of Borobudur, seperti pada relief candi Borobudur. Dok: Riana Dewie
Konferensi Internasional Sound of Borobudur yang mengusung tema "Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik" terbagi menjadi dua sesi. Untuk sesi pertama dimulai sekitar jam 9 pagi dengan topik "Merangkai kembali keterhubungan antar bangsa melalui alat musik yang terpahat dalam relief candi Borobudur".

Pada sesi pertama menghadirkan narasumber Profesor Emerita Margaret Kartomi AM,FAHA, Dr.Phil, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University Australia.  

Dalam pemaparannya, beberapa alat musik yang ditemukan di relief candi Borobudur ini telah menyebar ke nusantara bahkan dunia. Seperti pada relief yang menunjukkan alat musik tiup (terompet) dari kerang, saat penelitian beliau masih menemukan terompet tersebut digunakan oleh suku Laut di Kepulauan Riau. Kemudian alat musik yang berupa bel besar, ternyata ditemukan juga di India dengan sebutan Ghanta.  

Penjelasan mengenai Ghanta oleh Prof Margaret Kartomi, narasumber konferensi internasional Sound of Borobudur. Dok : tangkapan layar zoom sound of Borobudur
Penjelasan mengenai Ghanta oleh Prof Margaret Kartomi, narasumber konferensi internasional Sound of Borobudur. Dok : tangkapan layar zoom sound of Borobudur
Relief yang tergambar pada candi Borobudur merupakan bukti budaya musik eksis di pulau Jawa sekitar abad ke 8 -9 Masehi. Bahkan musik dapat menyebar melalui perdagangan sampai ke India dan China. Kemudian dilihat dari kacamata Etnomusikologi, Prof Margaret menyatakan Borobudur merupakan catatan kehidupan musik dan budaya Asia Tenggara.

Pembicara kedua adalah musisi terkenal Indonesia, Addie MS yang membicarakan tentang bagaimana musik dapat dibawa ke posisi strategis sebagai pemersatu dan antologi perbedaan sebagai kekayaan yang membentuk harmoni. Menurut Addie MS, relief yang terpahat di candi Borobudur merupakan bukti otentik yang menunjukkan bahwa bangsa kita sudah berinteraksi dengan bangsa lain lewat instrument musik.

Selanjutnya pembicara ketiga pada sesi pertama diisi oleh Tantowi Yahya. Beliau saat ini menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru, Samoa, Tonga, Cook Islands dan Nieu serta Dubes Keliling untuk Wilayah  Pasifik. 

Dalam pemaparannya secara daring, Tantowi mengingatkan kembali bahwa Indonesia merupakan bagian dari wilayah Pasifik. Hal ini berarti Indonesia dan negara-negara lain di wilayah Pasifik memiliki beberapa kebiasaan (habbit) dan budaya (Culture) yang hampir sama. Bahkan sampai warna musik yang dihasilkan juga hampir sama. Musik sudah menjadi diplomasi budaya dan alat komunikasi antar bangsa.

Membangun Sound Destination

Prof Baiquni MA sedang membicarakan tentang sound destination. Dok : tangkapan layar zoom sound of Borobudur.
Prof Baiquni MA sedang membicarakan tentang sound destination. Dok : tangkapan layar zoom sound of Borobudur.
Memasuki sesi kedua, diskusi bertopik "membangun sound destination sebagai destinasi baru, mengimplementasikan Borobudur sebagai warisan yang harus dikerjakan". Dalam sesi kedua hadir Prof. Dr.M Baiquni MA, seorang pakar geografi pembangunan dari Universitas Gadjah Mada. 

Borobudur dapat dijadikan sound destination berupa wisata edukasi dan wisata musikal. Untuk itu Prof Baiquni mengajak masyarakat sekitar untuk turut serta mensukseskan sound destination dan melestarikan musik leluhur.

Pembicara selanjutnya adalah Direktur Industri Kreatif, Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf RI, Dr Muhammad Amin S.Sn MsN MA. Moe Chiba selaku perwakilan UNESCO dan Sulaeman Schendek perwakilan Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Singapore.

Candi Borobudur yang sudah sejak lama masuk ke dalam situs warisan dunia UNESCO. Menikmati Wonderful Indonesia rasanya kurang lengkap tanpa daftar Candi Borobudur di dalamnya.

Untuk saat ini Borobudur merupakan salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP) dari Kemenparekraf yang diarahkan untuk menjadi destinasi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Pelestarian candi Borobudur dan pemberdayaan masyarakat sekitar menjadi prioritas utama dalam pengembangan Destinasi Super Prioritas (DSP) .

Perlu Kolaborasi Berbagai Pihak

Penampilan para musisi sound of Borobudur. Dok : tangkapan layar zoom acara sound of Borobudur
Penampilan para musisi sound of Borobudur. Dok : tangkapan layar zoom acara sound of Borobudur
Sound of Borobudur merupakan sebuah gerakan untuk mengenali mahakarya leluhur di masa lampau, kemudian direpresentasikan melalui karya seni yang bisa menjadi pemantik bagi anak bangsa untuk mencintai bangsanya sendiri.

Untuk mewujudkan cita-cita luhur, membunyikan kembali Borobudur seperti 13 abad yang lalu tentu diperlukan kolaborasi berbagai pihak. Serta untuk mewujudkan Destinasi Super Prioritas (DSP) Kemenparekraf juga tidak bekerja sendirian.

Purwa Tjaraka menyampaikan kembali keterhubungan antarabangsa melalui alat musik. Dok: tangkapan layar zoom Sound of Borobudur
Purwa Tjaraka menyampaikan kembali keterhubungan antarabangsa melalui alat musik. Dok: tangkapan layar zoom Sound of Borobudur
Purwa Tjaraka menyampaikan, "Kita akan merangkai kembali keterhubungan antar bangsa melalui alat musik yang terpahat di relief candi Borobudur dengan dukungan semua pihak. Sekali lagi, kita kerjakan warisan yang tak ternilai harganya untuk bangsa dan negara,".


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun