Selanjutnya pembicara ketiga pada sesi pertama diisi oleh Tantowi Yahya. Beliau saat ini menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru, Samoa, Tonga, Cook Islands dan Nieu serta Dubes Keliling untuk Wilayah  Pasifik.Â
Dalam pemaparannya secara daring, Tantowi mengingatkan kembali bahwa Indonesia merupakan bagian dari wilayah Pasifik. Hal ini berarti Indonesia dan negara-negara lain di wilayah Pasifik memiliki beberapa kebiasaan (habbit) dan budaya (Culture) yang hampir sama. Bahkan sampai warna musik yang dihasilkan juga hampir sama. Musik sudah menjadi diplomasi budaya dan alat komunikasi antar bangsa.
Membangun Sound Destination
Borobudur dapat dijadikan sound destination berupa wisata edukasi dan wisata musikal. Untuk itu Prof Baiquni mengajak masyarakat sekitar untuk turut serta mensukseskan sound destination dan melestarikan musik leluhur.
Pembicara selanjutnya adalah Direktur Industri Kreatif, Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf RI, Dr Muhammad Amin S.Sn MsN MA. Moe Chiba selaku perwakilan UNESCO dan Sulaeman Schendek perwakilan Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Singapore.
Candi Borobudur yang sudah sejak lama masuk ke dalam situs warisan dunia UNESCO. Menikmati Wonderful Indonesia rasanya kurang lengkap tanpa daftar Candi Borobudur di dalamnya.
Untuk saat ini Borobudur merupakan salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP) dari Kemenparekraf yang diarahkan untuk menjadi destinasi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Pelestarian candi Borobudur dan pemberdayaan masyarakat sekitar menjadi prioritas utama dalam pengembangan Destinasi Super Prioritas (DSP) .
Perlu Kolaborasi Berbagai Pihak
Untuk mewujudkan cita-cita luhur, membunyikan kembali Borobudur seperti 13 abad yang lalu tentu diperlukan kolaborasi berbagai pihak. Serta untuk mewujudkan Destinasi Super Prioritas (DSP) Kemenparekraf juga tidak bekerja sendirian.