Setelah itu nenek menyarankan kepada temanku untuk pulang melalui arah barat, "Lewat kulon wae sing rame tur akeh omah warga", begitu pesan beliau pada temanku.Â
Walaupun rumah temanku ada di desa sebelah timur, tapi hari itu dia lebih memilih jalan yang memutar lewat barat sesuai saran nenek. Sebelumnya aku pernah dilewatkan hutan tutupan oleh sepupuku yang termasuk penduduk desa, tidak pernah ada kejadian seperti ini.
Pengalaman Kedua Lewat Hutan Tutupan Bersama Teman dari Luar Pulau
Jadi saat menjelang adzan maghrib, lagi-lagi aku harus melalui hutan tutupan dengan teman. Tidak lupa klakson dibunyikan saat akan melewati Lemah Abang, dan saat melintas kami melihat seekor kucing ras berwarna abu-abu di pinggir jalan.
Sebagai orang yang suka kucing, rasanya aku ingin berhenti dan menggendong kucing itu. Tapi beruntungnya tidak aku lakukan karena ada target sebelum adzan magrib harus sudah sampai rumah nenek.
Walaupun suasana desa nenek sudah tidak terlalu sepi seperti tahun 2008 tapi tetap saja hutan tutupan itu terasa sepi. Beruntung sekali kalau ada orang desa yang melintas sehingga kita merasa ada teman saat lewat hutan.
Sesampainya di rumah nenek, kembali aku bercerita kepada nenek bahwa aku melihat kucing ras di Lemah Abang.Â
"Wis arep magrib ki ora usah aneh-aneh nggowo kucing barang, iyo nek kucing tenana. Nek udu njuk meh kepiye? Opo meneh kancamu rung kenal daerah kene to", ujar Nenek saat aku selesai bercerita.
(Artinya : Udah mau magrib nggak usah aneh-aneh bawa kucing segala, ya kalo kucing beneran. Kalo bukan, terus gimana? Apalagi temanmu kan belum kenal daerah sini).
Pengalaman Ketiga Lewat Hutan Tutupan Bersama Suami