Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manisnya Gula, Tidak Semanis Perjalanan PG Tanjung Tirto

15 September 2018   10:29 Diperbarui: 15 September 2018   11:43 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah yang ditempati keluarga pak Waluyo, usia rumah bergaya chalet ini sekitar 1 abad lebih. dokpri

Ketika Jepang masuk ke Hindia Belanda tahun 1942, PG Tanjung Tirto sudah ditutup. Seluruh warga kulit putih yang menempati rumah-rumah bergaya chalet pun sudah dipulangkan ke negaranya dengan meninggalkan harta benda yang sudah dimilikinya di Hindia Belanda.

Sekitar tahun 1950, pemilik pabrik sebelumnya berniat untuk membuka kembali PG Tanjung Tirto, tetapi betapa terkejutnya sang pemilik karena melihat bahwa pabriknya hanya tinggal puing-puingnya saja.

Ada kemungkinan bangunan pabrik gula ini dibumihanguskan oleh pejuang pada masa agresi militer Belanda II.

Tujuan membumihanguskan bangunan pabrik adalah agar tidak dijadikan markas militer oleh pasukan Belanda yang saat itu ingin kembali menjajah negeri yang baru saja merdeka.

polsek Berbah saat ini. dokpri
polsek Berbah saat ini. dokpri
Menurut penuturan pak Waluyo, sang penghuni bangunan rumah bergaya chalet di sebrang polsek Berbah, pada tahun 50an bangunan-bangunan ini  kosong. Kemudian ayahnya yang saat itu berdinas di polsek Berbah berinisiatif menempati salah satu bangunan rumah bergaya chalet tersebut bersama keluarganya. " Pada kosong mbak waktu tahun 50an, terus ditempati begitu saja.

Tapi status tanahnya masih milik Sultan", tutur pak Waluyo menjelaskan mengenai rumahnya dengan logat jawa yang masih kental.

Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa kayu jati yang digunakan untuk rumahnya memang benar-benar jati pilihan dan masih asli, "belum pernah diganti", tandasnya sambil menunjuk ke atap rumah yang sedikit terkoyak gempa namun masih menunjukkan kekokohan kayu jati gelondongan di bagian tengah atap.

bagian samping rumah yang ditempati pak Waluyo. dokpri
bagian samping rumah yang ditempati pak Waluyo. dokpri
Bergeser dari rumah pak Waluyo ke arah barat, akan kita lihat pabrik pengeringan tembakau yang beroperasi dari pagi sampai sore. Sempat bertanya-tanya apakah dulunya pabrik tembakau ini adalah bekas PG Tanjung Tirto ? Jawabannya adalah bukan bekas PG Tanjung Tirto.

Hal ini dikarenakan bentuk bangunan pabrik tembakau sama sekali tidak menunjukkan bangunan kolonial dan menurut penuturan warga bahwa pabrik pengeringan tembakau ini berdiri sekitar tahun 1960.

Lalu dimanakah lebih tepatnya letak PG Tanjung Tirto?

Melihat dari peta lawas pada masa kolonial, letaknya kemungkinan ada di selatan pabrik pengeringan tembakau yang saat ini berupa lapangan luas.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun