Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta XIII Cermin Keharmonisan Budaya dari Jogja Istimewa

20 Februari 2018   01:15 Diperbarui: 20 Februari 2018   01:56 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
official poster PBTY. copyright : IG PBTY

Panitia juga menyediakan Taman Lampion "Imlek Light Festival" di kawasan Kampoeng Ketandan. Taman ini bisa digunakan untuk bersantai bagi para pengunjung Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta XIII.

Kampoeng Ketandan. copyright : viva.co.id
Kampoeng Ketandan. copyright : viva.co.id
Kenapa sih Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta diadakan di Kampoeng Ketandan?

Jawabannya adalah karena Kampoeng Ketandan tidak lepas dari sosok Kapiten Tionghoa bernama Tan Jin Sing yang sudah menetap di Ketandan sejak 1803. Beliau ini adalah tokoh yang sangat berpengaru. Beliau diangkat menjadi bupati Nayoko pada tanggal 18 September 1813 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono III dengan gelar KRT Secodiningrat. Beliau beragama islam, kemudian menikah dengan salah satu kerabat keraton dan menjadi salah satu cikal bakal keturunan tionghoa dalam keraton Ngayogyakarta yaitu trah Secodiningrat.

Jadi kesimpulannya Ketandan adalah tempat awal KRT Secodiningrat bermukim sehingga secara tidak langsung Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta mengajak kita mengingat keteladanan sosok KRT Secodiningrat dalam membantu kembalinya raja ke keraton Ngayogyakarta setelah diobrak-abrik oleh Inggris.

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta sendiri merupakan hasil diskusi antara dosen Fak.Pertanian UGM bernama Murdiyati Gardjito yang saat itu sedang menyusun buku resep masakan Tionghoa dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang memang sedang menggagas Jogja sebagai City Of Tolerance. Akhirnya tercetus Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta karena Sultan melihat kuliner Tionghoa ini pantas diangkat ke permukaan. Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta pertama digelar di tahun 2006 dengan ketua pelaksana ibu Murdiyati Gardjito dan dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Keharmonisan budaya tercermin dari Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta XIII. Nah tunggu apalagi, yuk dateng ke Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta XIII.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun