Derai hujan mengisi lengangnya malam.
Aku terdiam dalam diam dan menekuri kehampaan yang menjadi sebuah pertanyaan tanpa jawab.
Ada apa dan bagaimana?
Siapa dan mengapa?
Terus bergulir dan membuatku terjeda.
Lelahnya membuatku mual.
Tapi tetap kutelan. Setiap tegukannya, seperti pil pahit yang membuatku terasa tertancap pada tanah tempatku berdiri.
Berlumut dan berakar.
Haah... bagai barang usang dan berdebu.Â
Hatiku menua seiring dengan usiaku.
Berapa juta kali aku menghela?
Menghitung penyesalan atas suapan-suapan yang tak kutelan.Â
Atas tegukan-tegukan yang kumuntahkan.Â
Letihku membunuhku perlahan.Â
Namun aku tertopang berdiri.Â
Menghadap matahari dan tak menepi walau hujan membasahi.
Jika satu persatu aku bisa menjelaskan tentang semua yang telah terjadi, mungkin akan ringan beban ini...
18/10/2021 19:10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H