Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan kita. Salah satunya adalah kebiasaan baru dalam menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus. Mulai dari memakai masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak, semua itu menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Namun, ada satu pertanyaan yang kerap muncul di tengah masyarakat: seberapa besar kecemasan yang dirasakan seseorang mempengaruhi seberapa patuh mereka dalam mengikuti protokol kesehatan ini?Â
Pertanyaan inilah yang dijawab dalam penelitian yang dilakukan oleh tiga dosen dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM): Muhammad Ari Arfianto, Aprillia Triandini, dan Muhammad Rosyidul Ibad. Mereka melakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan seseorang dan seberapa baik mereka mematuhi protokol kesehatan di Madura.Â
Kecemasan dan Protokol Kesehatan: Apa Hubungannya?
Di masa pandemi ini, kita semua diajarkan untuk mematuhi protokol kesehatan guna melindungi diri dari COVID-19. Namun, tak jarang ada yang merasa cemas, bahkan takut, dengan situasi yang ada. "Kecemasan memang menjadi bagian dari cara seseorang merespons situasi krisis. Namun, terlalu cemas juga bisa membuat seseorang merasa bingung dan justru tidak tahu apa yang harus dilakukan," kata Muhammad Ari Arfianto, salah satu peneliti dari UMM.
Di sisi lain, ada juga yang merasa bahwa protokol kesehatan hanya sekadar anjuran, sehingga tidak begitu serius mengikutinya. Oleh karena itu, tim peneliti ingin melihat apakah kecemasan yang dirasakan seseorang dapat mempengaruhi perilakunya dalam mematuhi aturan yang sudah ditetapkan.
Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini melibatkan 400 orang yang berasal dari Kabupaten Madura. Para responden dipilih dengan cara yang sudah ditentukan, yakni berusia minimal 17 tahun dan dapat membaca serta menulis. Mereka diminta untuk mengisi dua kuesioner: pertama, untuk mengukur tingkat kecemasan yang dirasakan, dan kedua, untuk mengetahui seberapa besar kepatuhan mereka terhadap protokol kesehatan COVID-19.
"Tujuan kami adalah untuk melihat bagaimana kecemasan yang dirasakan oleh masyarakat Madura mempengaruhi perilaku mereka dalam menjaga kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dengan cara ini, kami bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas," kata Aprillia Triandini, dosen yang juga terlibat dalam penelitian ini.
Hasil Penelitian: Kecemasan Ringan dan Kepatuhan yang Masih Rendah
Setelah mengumpulkan data dan menganalisisnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan (sekitar 49,3%). Namun, yang menarik, meskipun banyak yang merasa cemas, kepatuhan mereka terhadap protokol kesehatan justru masih tergolong rendah. Sekitar 44,8% responden ternyata belum mematuhi protokol dengan sepenuhnya.
Muhammad Rosyidul Ibad, dosen lainnya yang juga terlibat dalam penelitian, menyebutkan bahwa meskipun ada kecemasan, tidak semua orang langsung mematuhi protokol kesehatan dengan baik. "Ada yang merasa cemas, tetapi tetap saja kadang lupa memakai masker atau menjaga jarak. Jadi, kecemasan memang ada, tapi tidak selalu membuat seseorang lebih patuh terhadap protokol," jelasnya.
Adanya Keterkaitan Antara Kecemasan dan Kepatuhan
Peneliti juga melakukan uji statistik untuk melihat apakah ada hubungan antara kecemasan dan kepatuhan. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan seseorang dan bagaimana mereka mengikuti protokol kesehatan. Semakin cemas seseorang, semakin besar kemungkinan mereka untuk mematuhi protokol kesehatan dengan lebih baik.
Muhammad Ari Arfianto menjelaskan bahwa hasil ini cukup menarik, karena menunjukkan bahwa kecemasan memiliki peran, meskipun tidak bisa sepenuhnya menjamin seseorang akan selalu patuh. "Kecemasan yang berlebihan bisa membuat seseorang lebih berhati-hati, tetapi kadang juga membuat mereka merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jadi, yang terpenting adalah mengelola kecemasan dengan bijak," ujarnya.
Harapan untuk Masyarakat Madura dan Seluruh Indonesia
Penelitian ini memberikan gambaran yang cukup penting mengenai bagaimana kecemasan dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan saling berkaitan. Bagi masyarakat Madura, khususnya, hasil ini diharapkan dapat mendorong mereka untuk lebih sadar pentingnya menjaga kesehatan, tanpa harus merasa cemas berlebihan.
Aprillia Triandini berharap, temuan dari penelitian ini bisa digunakan untuk memberikan edukasi yang lebih baik kepada masyarakat. "Kami ingin masyarakat tidak hanya merasa takut, tetapi juga memahami dengan jelas betapa pentingnya mengikuti protokol kesehatan. Ini bukan hanya soal cemas atau tidak cemas, tetapi tentang kesadaran untuk melindungi diri dan orang lain," ungkapnya.
Selain itu, dengan meningkatnya pemahaman masyarakat mengenai hubungan antara kecemasan dan kepatuhan, diharapkan mereka dapat lebih bijak dalam menghadapi pandemi ini. "Pandemi ini masih berlangsung, namun jika kita semua bekerja sama dengan mengikuti protokol kesehatan, kita bisa melewatinya dengan lebih baik," tambah Muhammad Rosyidul Ibad.
Penelitian ini bukan hanya memberikan wawasan bagi masyarakat Madura, tetapi juga untuk seluruh Indonesia, bahwa menjaga kesehatan bukan hanya soal mematuhi aturan, tetapi juga memahami pentingnya menjaga keseimbangan emosi dan kecemasan dalam situasi yang penuh tantangan ini. Dengan informasi yang tepat, kita semua bisa lebih siap dan waspada dalam menjalani kehidupan sehari-hari di tengah pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H