Mohon tunggu...
Niken Anggraini
Niken Anggraini Mohon Tunggu... Wiraswasta - podcast: anchor.fm/saya-niken

Novel : Suweng Mbah Tukah (gratis di Fizzo), Numa Dan Benda Bertuah (gratis di Fizzo), Pangeran Gelatik (gratis di Fizzo), Dita dan Sena: Sang Penakluk (gratis di Fizzo), Berlabuh Di Sisimu (Kwikku), Oh My Beebu (Hinovel, Sago, Bakisah, Ceriaca), Diary Cinta Naelsa:Macaca (Hinovel, Bakisah, Ceriaca)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasehat Ibu

25 Juli 2022   10:32 Diperbarui: 25 Juli 2022   10:40 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya itu benar," seruku dalam hati di tengah kantuk yang menderaku.

Ibuku juga suka wayang orang dan wayang kulit. Kalau televisi sedang menayangkan acara wayang orang atau wayang kulit, ibuku selalu menontonnya. Kadang aku ikutan menontonnya meski nggak sampai selesai.  Dan seperti yang dikatakan Bu Berlian tadi, tokoh Kurawa memang begitu. Nggak bisa anteng. Nggak bisa diam menyimak perkataan para tetuanya.

"Kamu nanti kalau cari pasangan hidup itu kayak orang Pandawa. Nggak banyak tingkah. Sanggup mendengar perkataan orang dengan sabar. Menghormati orang yang lebih tua. Orang yang seperti itu yang cocok jadi pasangan hidup," lanjut Bu Berlian.

Aku mendengarkan perkataan Bu Berlian sembari menguap. Kantuk ini benar-benar ingin membuatku mengumpat saja. Harusnya aku tadi menolak saat ditawari dibuatkan mie instan rebus. Aku kan masih kenyang. Ini juga belum jamnya makan siang. Kalau sudah terserang kantuk akibat kekenyangan begini kan repot. Huuffftttt.

"Waktu saya kuliah, saya ikut kegiatan silat di kampus. Suami saya juga ikut kegiatan ini. Kami ketemu di kegiatan itu,"

Aku mengangguk mendengarnya seraya mengusap mataku yang berair akibat menguap tadi.

"Kalau pelatih memberi pengarahan, saya lihat, dia selalu duduk diam. Anteng menyimak. Nggak pernah celometan. Sejak melihatnya, saya langsung ingat pesan ibu saya. Hati saya bilang, itu calon suami saya. Dan alhamdulillah, Allah menakdirkannya jadi suami saya," ungkap Bu Berlian dengan senyuman lebar.

Aku ikut tersenyum lebar sambil menyandarkan kepalaku ke sofa. Sepertinya aku harus meminta izin pada Bu Berlian untuk memejamkan mata sejenak. Kantuk ini benar-benar sulit untuk dilawan.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun