"Iya." Itulah akhir pembicaraan mereka selama perjalan.
20menit berlalu dan galvin memarkirkan sepeda motornya didepan sebuah cafe. Kyo pun hanya mengikutinya masuk. "Ngapain juga dia ngajak akau nongkrong kayak biasanya." Omel kyo dalam hati. Setelah memesan tiba-tiba galvin merenggut tangan kyo yang daritadi nganggur diatas pahanya.
"Sayang maaf ya?" Ucap galvin sambil tersenyum takut-takut.
"Maaf buat apaan?" Jawab kyo dengan judes.
"Maaf buat semalem. Mungkin aku semalem capek , jadi aku gk bisa berpikir jernih."
"Oh...iya gak apa-apa aku ngerti kok."
"Sayaaang maaf yaaaa,aku bener-bener minta maaf." Memelas muka galvin mengucapkannya.
"Iya sayang gak apa-apa." Dengan berat hati kyo pun menjawab itu. Padahal kyo masih berat untuk memaafkannya. Tapi dia tidak mau memperkeruh keadaan saat itu.
Ditengah-tengah obrolan mereka yang sudah mencair. Galvin mengungkapkan isi kepalanya yang daritadi dia tahan.
"Kamu masih sedih? Jangan sedih-sedih lagi ya. Aku gak mau kamu sedih sayang. Semalem sebelum tidur aku duduk sendiri ngerokok sambil mikir kata-kata kamu. Aku maki diri sendiri 'sedih? Kenapa aku bikin dia sedih.' Aku bingung sendiri sayang. Aku mikirin kamu bilang sedih tiba-tiba aku keinget ayahku. Aku jadi ngerasa bikin ayahku sedih juga." Ucap galvin sungguh-sungguh sambil tersenyum kecut.
Mencairlah es yang dibentuk dalam hati kyo seketika itu juga.