Tubuh kami menggigil, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari di stasiun utama Mannheim. Perihnya hawa dingin berangin kencang yang menerpa kulit muka menandakan bahwa suhu kembali drop beberapa angka di bawah 0°C. Masih 2 jam 30 menit lagi sampai airport shuttle datang. Kami berputar-putar di sekitar stasiun. Bayangan tidur sejenak sembari menghangatkan badan di dalam stasiun pupus sudah ketika polisi mengusir orang-orang ke luar stasiun. Masuk akal, tidak ada kereta yg beroperasi di atas pukul 01:00. Lebih hemat energi untuk menutup stasiun dan mematikan lampu hingga kereta pagi datang. "Mungkin beginilah rasanya hidup di sebagai gelandangan di negara 4 musim, pantas saja banyak yg meninggal di musim dingin," pikir saya. Di Jepang dulu saya terbiasa tidur menggelandang di stasiun jika kemalaman atau ketinggalan kereta, namun di Eropa hal itu tak dapat dilakukan. Kali ini pilihan kami jatuh pada Ryanair, sebuah budget airline asal Irlandia yang jadi andalan mahasiswa kere yangg hobi travelling seperti saya. Untuk liburan akhir tahun 2010 kemarin, saya dan suami memilih daerah provinsi Catalonia, Spanyol yang relatif hangat untuk melarikan diri barang seminggu dari kejamnya musim dingin Eropa barat. Harga tiket PP dari bandara Frankfurt Hahn, Jerman ke Girona, Spanyol yang berdurasi sekitar 2 jam hanya butuh sekitar 30,5 euro (atau sekitar Rp 370.000,-) per orang. Untuk harga semurah ini tentu ada resikonya: bawaan yg boleh dimasukkan ke kabin hanya 1 tas dengan berat max. 10 kg, lebih dari itu harus masuk bagasi dan dikenakan biaya tambahan 15 euro. Selain itu, pesawat berangkat dengan jadwal yg tidak nyaman dan bandaranya sulit dijangkau. Budget airline seringkali terbang dari bandara2 kecil yg tidak terkenal. Sebagai contoh, Frankfurt Hahn adalah sebuah bandara kecil yg terletak sekitar 120 km dari kota Frankfurt; sedangkan Girona adalah sebuah kota yg terletak sekitar 90an km dari tujuan utama kami, Barcelona. Akses ke kota besar terdekat hanya bisa dicapai oleh mobil pribadi dan shuttle bus, tidak ada kereta. Untuk naik shuttle bus, kami harus merogoh kocek lebih dalam. Jika dihitung-hitung, lebih besar ongkos yang kami keluarkan untuk naik shuttle bus daripada tiket pesawat PP. Pukul 03:20, penantian panjang itu usai, bus datang dan seketika penumpang berebut masuk. Walaupun ini di Eropa, keganasan penumpang budget airline tidak kalah dengan penumpang KRL di Jakarta. Shuttle bus hanya berkapasitas sekitar 40an orang sedangkan yg menunggu lebih dari itu, saya tak mau berdiri sepajang perjalanan karena sudah membayar mahal. Rupanya di dalam mini bus itu ada kursi2 darurat untuk mengantisipasi kelebihan penumpang, jangan2 supirnya pernah jadi supir angkot di Indonesia... Kami sampai di Frankfurt Hahn sekitar pukul 5 pagi. Cuaca dingin menggigit, sejauh mata memandang hanya terlihat warna putih kelabu. Kami sempat was-was jika pesawat tak bisa berangkat. Namun untunglah badai salju yg sempat melumpuhkan Eropa selama beberapa minggu terakhir telah mereda dan lalu lintas udara mulai berjalan normal. Jam 06:10 akhirnya pesawat bertolak ke Girona. ------------------------------------------------------------------- Sekitar pukul 08:30 pesawat tiba di bandara Costa Brava, Girona. Begitu keluar dari pesawat, rasa hangat menyergap, matahari mengintip malu-malu, bau laut menyerbu. Sungguh perasaan yang luar biasa setelah hampir 2 bulan tidak merasakan hangatnya sinar matahari. Semula kami berencana untuk menghabiskan siang di kota Girona sebelum berangkat ke Barcelona, namun karena kami berdua telanjur lelah karena tidak tidur dan kedinginan semalam, kami sepakat untuk langsung naik shuttle bus langsung ke Barcelona. Pukul 10:00 bus tiba di terminal bus Estacio Nord, Barcelona. Kami segera menuju ke hostel untuk check-in. Kami senang karena lokasi hostel ternyata terletak sangat dekat dari landmark utama Barcelona, gereja Sagrada Familia. Segera setelah menyimpan barang-barang bawaan, kami keluar untuk makan siang sekaligus menuju Sagrada Familia yg berjarak sekitar 20 menit jalan kaki. Dari jauh sudah terlihat puncak menara gereja yg menjulang tak kurang dari 100 m. Ketika kami tiba di depannya, tampaklah detail ukiran yg membuat Sagrada Familia berbeda dari gereja-gereja lain, pantaslah UNESCO menobatkannya sebagai salah satu warisan dunia. [caption id="attachment_84052" align="alignnone" width="339" caption="Sagrada Familia"][/caption] [caption id="attachment_84053" align="alignnone" width="339" caption="Sagrada Familia in B/W"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H