Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Jalan Terbaik dari Mencintai dengan Cara yang Salah

15 Januari 2024   09:59 Diperbarui: 4 Februari 2024   00:45 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi patah hati. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Siapa yang tak pernah jatuh cinta? Jatuh cinta adalah rasa suka yang tak biasa. Rasa cinta menghadirkan sebuah kecenderungan untuk ingin dekat dengannya dan memilikinya. 

Egoisme hati dengan percaya diri berkata bahwa akulah satu-satunya orang yang boleh dicintainya. 

Kita berdua akan saling menyayangi, memiliki, melindungi, lalu bersama-sama mengarungi lautan kehidupan hari ini dan selanjutnya. Kita akan bersama mewujudkan mimpi berdua untuk kehidupan yang lebih baik. Bersama kita percaya, semua akan indah dan baik-baik saja.

Itulah yang ada di benak seseorang yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada seseorang yang telah berhasil mengambil perhatiannya. Rasa yang hadir entah dari mana menghadirkan suatu energi positif yang bisa merubah jalan hidupnya menjadi lebih baik. Kehadirannya mampu menciptakan semangat baru. 

Memotivasinya untuk melakukan hal yang patut dibanggakan oleh orang sekitar. Beruntung bila usaha perbaikan dirinya mampu menarik perhatian si dia pada akhirnya. 

Cinta memang agak sedikit membutakan. Cinta itu benar gila. Hanya seseorang yang pernah atau sedang merasakan cinta lah yang tahu apa yang dimaksud dengan cinta membutakan dan cinta itu gila.

Jalan terbaik dari mencintai dengan cara yang salah!

Kita sering mendengar bahwa cinta itu fitrah Tuhan yang dianugerahkan kepada semua makhluknya. Alqur'an pun menegaskan bahwa semua makhluk diciptakan berpasang-pasangan. 

Setiap orang tidak akan hidup sendirian di dunia ini. Akan ada individu lain yang tercipta untuk menjadi takdir hidupnya, menjadi teman hidup yang bisa membahagiakan. 

Menjadi sepasang kekasih yang saling menerima apa adanya. Keduanya akan komitmen untuk menjalani hidup bersama, saling menjaga, berbagi kebahagiaan, sampai maut memisahkan.

Namun yang menjadi pertanyaan, apakah selama ini cinta yang kita miliki sudah sesuci yang Tuhan harapkan? Apakah kita sudah benar dalam menyikapi rasa hati untuk dijalankan sesuai dengan tuntunan-Nya? Apakah ketika kita memutuskan menyikapinya dengan cara kita sendiri, kita akan tetap bahagia menjalaninya?

Sayangnya terkadang tidak. Kita mengutamakan egoisme sehingga tidak lagi memerdulikan aturan suci Tuhan, melainkan mengedepankan nafsu cinta. Keindahan yang hanya sesaat saja. Banyak dari kita yang berusaha mendapatkan cinta yang kita kehendaki dengan cara-cara yang kurang sesuai dengan aturan Tuhan.

Bila ditanyakan, sadarkah kamu tentang aturan Tuhan yang hendaknya kita taati? Jawabannya iya, kita sadar. Kita sadar ada batas-batas yang harus dijaga, untuk kebaikan kita sendiri. 

Allah Maha Tahu segala-galanya tentang apa yang baik dan buruk untuk kita hambanya. Allah Ingin menjadikan kita makhluk yang secara dzat memang lebih sempurna dari makhluk lain yang diciptakan di dunia ini. 

Menjadi makhluk yang berakhlak, bermartabat, beretika, serta mampu menjunjung tinggi penciptaannya sebagai makhluk yang diberi akal sempurna.

Akal itulah yang menjadi titik pengendali untuk kehidupan manusia itu sendiri. Melalui akal, manusia diberi kebebasan memilih apapun yang ia kehendaki. 

sumber gambar: Freepik.com
sumber gambar: Freepik.com

Akal telah didesain Allah untuk menuntun manusia memutuskan pilihannya disetiap tahap kehidupan. Kemudian dihubungkan dengan aturan Allah, sehingga diharapkan pilihan yang diambil adalah yang baik, yang sesuai dengan jalan yang Allah tuntunkan. 

Jadi, bila manusia tidak mengikutinya, maka harus siap menerima konsekuensi dari perbuatan melanggar yang ia lakukan sendiri. Itu sudah menjadi garis otomatis yang tidak bisa diubah kecuali jika Allah menghendaki.

Tapi terkadang sulit untuk mengendalikan diri. Kita mengabaikan pilihan akal sehat.  Berjalan di atas pilihan yang tidak sesuai dengan kesucian cinta. 

Maka bersiaplah untuk kecewa saat itu juga. Sebab cepat atau lambat peringatan semacam itu akan hadir dengan sendirinya. 

Dari hakikat kesucian cinta itu, hendaknya sudah dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang diawali dengan cara yang baik, maka begitu jugalah alur mengakhirinya. Dan ketika sebaliknya, diawali dengan cara yang tidak sesuai, maka jangan pernah menyalahkan alam. Alam hanya menjalankan tugasnya.

Kita mencintai untuk mendapatkan kebahagiaan. Sebuah niat yang terbaik (best intention). Akan tetapi kenapa harus dijalankan dengan cara yang salah?

Rasa sakit oleh kekecewaan dalam mencintai bukan berarti sebuah hukuman final. Itu hanya hukum alam yang sedang berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Allah hanya ingin memperingatkan kita tentang arti sebuah kesucian. Suci yang berarti seharusnya jangan dinodai.

Semua tetap berada pada pilihan kita sendiri. Seharusnya peringatan bisa menjadi pengindah untuk langkah selanjutnya. Anggap saja luka yang timbul dari kesalahan masa lalu sebagai wujud pertolongan Allah untuk kita dari jebakan cinta yang salah. 

Untuk selanjutnya, tinggal bagaimana kita menyikapi masalah yang sama di kemudian hari. Apakah kita akan berubah? Mencoba untuk mengevaluasi segala yang telah terjadi sehingga luka yang sama tidak akan terulang. Ataukah tiada yang berubah sama sekali dari hidup kita setelah itu?

Tak perlu disesali terlalu lama. Tak perlu dipikul terlalu berat. Biarkan semua berlalu seiring berjalannya waktu. Karena sesempurnanya manusia, juga tempat salah dan lupa. Anggap sebagai pelajaran berharga untuk bekal menuju tangga kehidupan yang lebih baik.

Overall, don't be afraid to fall in love again.

Busan, 15 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun