Namun yang menjadi pertanyaan, apakah selama ini cinta yang kita miliki sudah sesuci yang Tuhan harapkan? Apakah kita sudah benar dalam menyikapi rasa hati untuk dijalankan sesuai dengan tuntunan-Nya? Apakah ketika kita memutuskan menyikapinya dengan cara kita sendiri, kita akan tetap bahagia menjalaninya?
Sayangnya terkadang tidak. Kita mengutamakan egoisme sehingga tidak lagi memerdulikan aturan suci Tuhan, melainkan mengedepankan nafsu cinta. Keindahan yang hanya sesaat saja. Banyak dari kita yang berusaha mendapatkan cinta yang kita kehendaki dengan cara-cara yang kurang sesuai dengan aturan Tuhan.
Bila ditanyakan, sadarkah kamu tentang aturan Tuhan yang hendaknya kita taati? Jawabannya iya, kita sadar. Kita sadar ada batas-batas yang harus dijaga, untuk kebaikan kita sendiri.Â
Allah Maha Tahu segala-galanya tentang apa yang baik dan buruk untuk kita hambanya. Allah Ingin menjadikan kita makhluk yang secara dzat memang lebih sempurna dari makhluk lain yang diciptakan di dunia ini.Â
Menjadi makhluk yang berakhlak, bermartabat, beretika, serta mampu menjunjung tinggi penciptaannya sebagai makhluk yang diberi akal sempurna.
Akal itulah yang menjadi titik pengendali untuk kehidupan manusia itu sendiri. Melalui akal, manusia diberi kebebasan memilih apapun yang ia kehendaki.Â
Akal telah didesain Allah untuk menuntun manusia memutuskan pilihannya disetiap tahap kehidupan. Kemudian dihubungkan dengan aturan Allah, sehingga diharapkan pilihan yang diambil adalah yang baik, yang sesuai dengan jalan yang Allah tuntunkan.Â
Jadi, bila manusia tidak mengikutinya, maka harus siap menerima konsekuensi dari perbuatan melanggar yang ia lakukan sendiri. Itu sudah menjadi garis otomatis yang tidak bisa diubah kecuali jika Allah menghendaki.
Tapi terkadang sulit untuk mengendalikan diri. Kita mengabaikan pilihan akal sehat. Â Berjalan di atas pilihan yang tidak sesuai dengan kesucian cinta.Â
Maka bersiaplah untuk kecewa saat itu juga. Sebab cepat atau lambat peringatan semacam itu akan hadir dengan sendirinya.Â