Dari hakikat kesucian cinta itu, hendaknya sudah dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang diawali dengan cara yang baik, maka begitu jugalah alur mengakhirinya. Dan ketika sebaliknya, diawali dengan cara yang tidak sesuai, maka jangan pernah menyalahkan alam. Alam hanya menjalankan tugasnya.
Kita mencintai untuk mendapatkan kebahagiaan. Sebuah niat yang terbaik (best intention). Akan tetapi kenapa harus dijalankan dengan cara yang salah?
Rasa sakit oleh kekecewaan dalam mencintai bukan berarti sebuah hukuman final. Itu hanya hukum alam yang sedang berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Allah hanya ingin memperingatkan kita tentang arti sebuah kesucian. Suci yang berarti seharusnya jangan dinodai.
Semua tetap berada pada pilihan kita sendiri. Seharusnya peringatan bisa menjadi pengindah untuk langkah selanjutnya. Anggap saja luka yang timbul dari kesalahan masa lalu sebagai wujud pertolongan Allah untuk kita dari jebakan cinta yang salah.Â
Untuk selanjutnya, tinggal bagaimana kita menyikapi masalah yang sama di kemudian hari. Apakah kita akan berubah? Mencoba untuk mengevaluasi segala yang telah terjadi sehingga luka yang sama tidak akan terulang. Ataukah tiada yang berubah sama sekali dari hidup kita setelah itu?
Tak perlu disesali terlalu lama. Tak perlu dipikul terlalu berat. Biarkan semua berlalu seiring berjalannya waktu. Karena sesempurnanya manusia, juga tempat salah dan lupa. Anggap sebagai pelajaran berharga untuk bekal menuju tangga kehidupan yang lebih baik.
Overall, don't be afraid to fall in love again.
Busan, 15 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H